Liputanjatim.com – Sebuah video sedang viral di media sosial, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji yang akrab disapa Cak Ji, terlihat melakukan sidak di kompleks SMP Kristen Petra 2 dan SMA Kristen Petra 2 yang terletak di Jalan Raya Manyar Tirtosari. Sidak ini dilakukan untuk memediasi konflik antara warga setempat dan pihak sekolah yang telah mencuat belakangan ini.
Video yang diunggah di akun TikTok @cakj1 menunjukkan Cak Ji menjelaskan duduk perkaranya kepada warga dan pihak sekolah. Dalam video tersebut, terungkap bahwa inti dari perselisihan ini adalah mengenai iuran keamanan yang diminta oleh warga setempat namun belum dibayarkan oleh pihak sekolah.
Armuji menjelaskan sebelum sidak dia memang sudah mendapat aduan dari sekolah Petra terkait RW di tempat sekolah itu berdiri menaikkan iuran keamanan secara sepihak dengan alasan sekolah yang dikelola Petra dianggap memakai jalan warga.
“Padahal itu jalan pemkot sudah diserahkan tahun 70 sekian itu sudah milik pemkot. Begitu Petra tahu jalannya sudah jadi fasilitas umum, dari awalnya (iuran) Rp 25 juta naik Rp 32 juta, itu Petra masih mau bayar. Terus dinaikin lagi jadi Rp 35 juta, itu Petra nggak mau. Keberatan,” ujar Armuji, Rabu (31/7/2024).
“Rp 35 juta itu kali 4 (RW) loh, jadi seratus juta sekian per bulan untuk gaji satpam. Lah satpam dihitung seluruh komplek itu sekitar 25-30an. Akhirnya Petra audit, kalau satpamnya sekian sisa uangnya banyak, terus warga lain diasumsikan tidak bayar,” katanya.
Armuji mengatakan bahwa warga juga ditarik iuran sekitar Rp 150 ribu dan tempat usaha maksimal Rp 300 ribu. Lalu Petra mengadu ke DPRD Surabaya dan mendapat jawaban bila jalan di sekitar sekolah adalah jalan umum, bukan milik perorangan, RT, maupun RW, sehingga menjadi fasilitas umum.
“RW dimintai pertanggungjawaban tapi mereka nggak mau. Intinya walkout dia (dari DPRD), besoknya (Petra) ngadu ke tempat saya itu, terus saya sidak. Terungkap lah seperti yang ada di video, akhirnya geger, itu banyak loh uang Rp 32 juta itu cuma 1 RW. Itu banyak. Kali 4 (RW),” jelasnya.
Dari hasil mediasi yang dia lakukan, Armuji meminta warga mengembalikan iuran Rp 32 juta dan tidak dinaikkan jadi Rp 35 juta. Tapi Petra sudah membuat kajian melalui tim independen, mau iuran Rp 25 juta dan akhirnya tidak ada titik temu.
“Karena warga nggak mau kalau Rp 25 juta, alasannya macet, bising. Tapi saya ngomong, kalau iurannya cocok (Rp 35 juta) nggak macet, tapi kalau nggak cocok (Rp 25 juta) dikata macet. Kan lucu. Akhirnya kalau viral gini ada proses hukum, ke polisi atau gimana gitu,” ungkapnya.
Cak Ji berusaha mencari solusi agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik, demi menjaga hubungan harmonis antara sekolah dan masyarakat sekitar. Konflik ini menjadi perhatian publik setelah video tersebut menyebar luas dan memicu berbagai tanggapan di media sosial.