Surabaya, Liputanjatim.comĀ – Sebelum berjualan koran, Wilem Jesen Pitoy bekerja sebagai sopir truk kontainer. Pekerjaan sebagai sopir sudah ia jalani sejak tahun 1991. Namun kecelakaan di Tol Tandes pada 2008 memaksanya pensiun jadi sopir.
Saat ini Wilem sedang mengalami cobaan terberat dalam hidupnya. Selain curhat kepada Tuhan melalui doa, Pria berusia 46 tahun ini pun juga curhat melalui tulisan yang dituangkannya ke dalam selembar kertas.
Selembaran kertas yang berisi curhatan ini diselipkan ke dalam setiap eksemplar koran yang ia jual.
Pertama kali Wilem dlilit utang rentenir ketika sang istri mengalami sakit ginjal. Sakit itu diderita istrinya sejak 2012. Sejak itu, Wilem rajin melakukan kontrol ke Rumah Sakit Haji Sukolilo.
Ketika itu beban biaya berobat tak menjadi masalah karena sudah ditanggung BPJS. Bahkan operasi di RS Haji juga ditanggung BPJS. Tapi pada 16 Mei 2016 lalu, Herwani terpaksa dibawa ke RS RKZ karena kondisinya yang sudah parah.
Di RS RKZ, Herwani dioperasi. Saat itu Wilem masih berpikir bahwa semuanya akan ditanggung BPJS. Namun perkiraan Wilem salah. BPJS yang dimilikinya ternyata tak berlaku di RS RKZ. Padahal operasi menghabiskan biaya Rp 55 juta.
Berikut adalah curhat Wilem di atas kertas yang diselipkannya ke setiap eksemplar koran yang dijualnya. Seperti dilansir detik.
*Pak Koran Stopan Jl. Indragiri*
Dengan menyebut nama Allah S.W.T
Beban derita yang saya alami dalam hidup saya
Pada tanggal 16 mei 2014, istri saya telah operasi ginjal bercampur nanah di Rumah Sakit RKZ oleh dr.Suyono. BPJS yang dimiliki istri tidak berlaku di RKZ dalam kondisi yang sangat parah dan kritis.
Biaya oprasi kurang lebih Rp. 55.000.000,- uang tersebut saya pinjam uang rentenir
Pinjam Rp. 50.000.000,- menjadi Rp.80.000.000,-
Setiap bulan saya mengangsur Rp. 3.000.000,-
Setiap bulan saya mengangsur tidak boleh berhenti.
Dalam 1th saya mengangsur kondisi lancar.
Menginjak 2th kemudian, koran yang saya jual turun sekali, sehingga saya untuk mengangsur pinjaman saya gali lubang tutup lubang sampai sekarang.
Setiap hari penderitaan yang saya hadapi semakin parah. Saya sudah tidak mampu lagi untuk membayar pinjaman. Setiap hari habis sholat, saya berdoa dan menangis kepada Tuhan, kapan penderitaan ini berakhir.
Saya mohon pada Tuhan, mohon ingin dipertemukan pada bapak/ibu yang dermawan, yang bisa menolong beban yang saya hadapi dengan ridho-Nya dan izin-Nya (Tuhan).
Bapak dan ibu yang baik hati, saya berterima kasih yang telah membeli koran saya sehingga saya punya penghasilan dan bisa membayar pinjaman saya. Saya do’akan semoga bapak dan ibu diberi rizki yang berlimpah dan sekeluarga diberi hidayah dan terhindar dari segala cobaan. Amin.
*Hutang yang saya tanggung sampai sekarang*
– Tgl 3 Juli 2017 : Pinjam Rp. 10.000.000,- bayar bunga perbulan Rp. 2.000.000,-
– Tgl 24 Juli 2017 : Pinjam Rp. 4.000.000,- menjadi Rp. 18.000.000,- setiap hari saya membayar Rp. 150.000,- selama 120 hari
– tgl 15 September 2017 : pinjam Rp. 4.500.000,- setiap hari saya membayar bunga Rp. 160.000,-
*Dalam masalah yang saya derita ini saya sangat takut. Kalau suatu hari nanti saya meninggal dunia. Saya kasihan istri dan anak saya yang masih berusia 12 th, masih duduk kelas VI SD. Anak saya pasti hidup sebatang karah. Anak saya disisihkan dalam keluarga istri. Yaa Tuhan mohon tolonglah hambamu ini.