Liputanjatim.com – Sebuah video viral di media sosial menampilkan seorang wanita tanpa busana (bugil). Diketahui wanita tersebut berinisial SS itu berprofesi guru, video menjadi viral dan menggemparkan dunia pendidikan di Kabupaten Jember.
Video berdurasi singkat itu dengan cepat menyebar di berbagai platform digital, termasuk TikTok, X (dulu Twitter), dan grup WhatsApp.
Dalam video, oknum guru tersebut mengenakan hijab dan kacamata terlihat berjoget sambil memamerkan tubuhnya.
Sontak, video ini menuai kecaman dari berbagai pihak, Dinas Pendidikan hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jember.
Kepala Dinas Pendidikan Jember, Hadi Mulyono, telah melakukan penelusuran terkait video viral tersebut. Ia mengungkapkan bahwa guru yang bersangkutan telah mengundurkan diri sebelum video tersebut tersebar.
Hadi menjelaskan bahwa guru tersebut masih berstatus guru magang dan belum menjadi Aparatur Sipil Negara atau yang digaji oleh pemerintah.
“Jadi guru ini honornya dari sekolah, yang bersangkutan sudah mengundurkan diri sebelum peristiwa terjadi,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi D DPRD Jember, Indi Naida, mengungkapkan kekecewaannya setelah melihat video tersebut. Sebagai seorang perempuan, ia merasa malu dan prihatin dengan tindakan guru tersebut.
“Walaupun (pelaku) adalah guru magang, tetapi Anda seorang guru yang seharusnya memberikan contoh yang baik untuk anak didik,” ungkapnya, pada Rabu (19/2/2025).
Indi mendesak agar pihak sekolah lebih selektif dalam proses penerimaan guru baru, agar tidak terjadia kasus serupa dilain waktu.
Ia menekankan pentingnya tes dan wawancara untuk memastikan calon guru memiliki kesiapan dan moral yang baik sebagai tenaga pendidik.
“Sebelum menerima guru tersebut harus melakukan tes atau wawancara tentang kesiapannya menjadi tenaga pendidik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Indi meminta agar ada tindakan hukum terhadap pelaku penyebaran video bugil tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
“Kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi, karena Jember dikenal dengan kota santri, sehingga moralitas tenaga pendidik dan publik figur harus diperhatikan,” imbuhnya.
Kasus ini menjadi sorotan penting terkait etika dan moralitas tenaga pendidik di era digital.
Masyarakat berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait, sehingga kualitas pendidikan di Jember dapat terjaga dengan baik.