Liputanjatim.com – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk pertama kalinya mengukuhkan Guru Besar Biofisika, yakni Prof Dr Suryani Dyah Astuti Ssi, Msi. Dalam pidatonya, Dyah menyampaikan berkenaan dengan inovasi pengembangan instrumen medis berbasis fotonik untuk terapi antimikroba dan biomodulasi. Yakni metode alternatif untuk mengatasi infeksi biofilm pada penyakit kronis.

Terapi fotodinamik merupakan suatu metode yang berguna untuk menghilangkan suatu sel yang berbahaya. Seperti Mikroba, kanker dan penyakit infeksi. Inovasi tersebut mengkombinasikan cahaya, fotosensitiser dan oksigen yang akan menyebabkan fotoinaktivasi pada bakteri.

“Yaitu penghambatan aktivitas metabolisme sel karena kerusakan membran sitoplasmik akibat peroksidasi oleh oksigen rekatif,” ungkap Dyah, Senin (12/10/2020).

(Baca Juga: https://www.liputanjatim.com/bupati-pamekasan-hasil-luar-biasa-diperoleh-dari-kerja-luar-biasa/)

Lebih lanjut Dyah menjelaskan, fotosensitisasi sebagai salah satu kombinasi proses penyerapan cahaya oleh molekul fotosensitiser. Selanjutnya mengaktivasi terjadinya reaksi kimia untuk menghasilkan berbagai spesies oksigen reaktif.

Fotosensitisasi sendiri, menurut Dyah, bergantung pada jenis dan konsentrasi dari porfirin yang berperan sebagai molekul penyerap cahaya. Secara alamiah, beberapa bakteri mensintesis senyawa porfirin sebagai molekul endogen fotosensitiser yang memiliki sifat peka terhadap cahaya.

“Pektrum porfirin terdiri atas dua pita terpisah, muncul pada daerah ultraviolet dekat dan daerah cahaya tampak yang menyebabkan porfirin kaya warna. Kepekaan terhadap cahaya ini terutama berkaitan dengan panjang gelombang cahaya yang dipaparkan. Kebanyakan porfirin memiliki serapan pada daerah sinar tampak (400-700 nano meter),” papar Guru Besar Fakultas Sains dan Tekhnologi ini.

Tidak hanya itu saja, terdapat fotosensitiser berukuran nano (10-9m) yang dapat meningkatkan persentase serapan energi, sehingga lebih efektif menghasilkan Reactive Oxigen Species (ROS). Maka, akan ketemu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Silver Nano Particle (AgNPs) efektif untuk meningkatkan reduksi biofilm bakteri.

“Sebagai contoh lain nano doxycycline adalah doxycyclin ukuran nano yang memiliki kemampuan lebih untuk penetrasi pada biofilm dan mampu menyerap energi cahaya yang lebih besar karena luasnya permukaan serapan cahaya. Penggunaan nano doxycycline pada bakteri planktonik dan bioflm menghasilkan efek reduksi yang signifikan,” tambahnya.

Dyah bersama timnya juga telah mengembangkan instrumen medis dengan memanfaatkan berbagai produk. Salah satunya dentolaser biomodulasi yang bermanfaat untuk proses penyembuhan luka dan akupuntur.

“Pengembangan tersebut dimulai dari tahun 2007 dengan hewan uji mencit dan dikembangkan hingga menjadi produk yang telah masuk paten,” urai Dyah.

Selain itu, lanjut Dyah, dalam dunia kesehatan sejak 1990 telah terbukti bahwa bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia mampu membentuk biofilm. Dengan formasi tersebut menyebabkan bakteri pembuat biofilm mampu bertahan terhadap lingkungan ekstrim yang membahayakan.

“Secara klinis dari infeksi bakteri tersebut menyebabkan adanya resistensi terhadap antibiotik. Hanya saja, terapi antibiotik umumnya hanya membunuh sel-sel bakteri planktonic (yang berenang luar biofilm) sedang bakteri yang tersusun rapat dalam biofilm akan tetap hidup dan berkembang,” pungkasnya.