Liputanjatim.com – Tantangan krisis iklim telah mendorong negara-negara di dunia untuk melaksanakan komitmen dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca, termasuk Indonesia.
Sejumlah inisiatif sudah dijalankan untuk mendukung komitmen tersebut, namun terdapat kebutuhan untuk hadirnya sebuah panduan yang menjadi kompas penunjuk arah, pengingat, dan dasar pemikiran yang mengintegrasikan praktik pelestarian yang sudah mengakar di masyarakat lokal di berbagai wilayah Indonesia.
Untuk itu, Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) menggelar diskusi tentang integrasi konsep sumber daya alam (natural capital), masyarakat (communities), dan karbon (carbon) atau NCCC di Bali, Selasa (21/02/2023).
Ketua Umum Yayasan UID Tantowi Yahya menuturkan, tiga unsur tersebut merupakan unsur khas Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai prinsip utama dalam setiap upaya mitigasi perubahan iklim.
Oleh karenanya diskusi ini digelar untuk menjelaskan secara otoritatif konsep NCCC sebagai kompas filosofis dan panduan kebijakan yang dapat disepakati antara publik, swasta, dan pemerintah.
Disampaikannya diskusi kali ini ini juga diisi dengan peluncuran sebuah White Paper yang mengupas tentang konsep NCCC sebagai salah satu upaya pengarusutamaan yang sejalan dengan SDGs.
“White Paper NCCC ini mengompilasi data berbasis hasil survei lapangan, diskusi lintas sektor tingkat makro, dan konsolidasi nilai-nilai dari literatur negara sebagai metode untuk menelusuri dan memperkaya konteks dan perspektif rekomendasi-rekomendasi
praktik lapangan yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Sementara Cininta Pertiwi sebagai penyusun White Paper NCCC menyampaikan, tujuan utama dalam upaya itu adalah untuk menciptakan target pembangunan yang berkelanjutan.
“Tujuan dari White Paper ini adalah sebagai panduan untuk semua pelaku kepentingan terkait dari publik, swasta, dan pemerintah dalam memperkuat hubungan antara unsur alam dan manusia,” imbuhnya.
Disampaikannya target pembangunan berkelanjutan dapat tercapai jika kedua aspek tersebut bisa berjalan dengan selaras dan seimbang.
Selain itu, upaya ini juga bertujuan untuk menyediakan sebuah kerangka kerja dalam memandu proses pengelolaan sumber daya alam, serta upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Turut hadir dalam kesempatan ini beberapa pakar di bidangnya, antara lain Perwakilan Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas Irfan Darliazi Jananto, Deputi Direktur SDGs Center Universitas Padjadjaran Ahmad Komarulzaman, serta pakar perubahan iklim Universitas Indonesia Prof. Jatna Supriatna.
Mereka bersepakat untuk membangun komitmen bersama bahwa segala bentuk aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan sumber daya alam, komunitas, dan karbon tidak boleh menyeleweng dari hukum dan tradisi lokal yang dianut demi melindungi alam di sekitar para penduduk.