Liputanjatim.com – Tradisi Ambengan menjadi salah satu bentuk peringatan Isra Mikraj yang sarat akan nilai kebersamaan dan kearifan lokal di Pedesaaan. Tradisi ini melibatkan warga yang membawa hidangan berupa nasi dan lauk pauk dari rumah masing-masing ke masjid atau musala.
Hidangan tersebut kemudian dimakan bersama setelah melaksanakan tahlilan, ceramah singkat, dan doa yang dipimpin oleh ustadz atau kiai. Satu wadah Ambengan biasanya cukup untuk empat orang atau lebih, mencerminkan semangat berbagi dan gotong royong di tengah masyarakat.
Isra Mikraj sendiri adalah peristiwa spiritual yang menjadi momen penting bagi umat Islam, di mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah kewajiban salat lima waktu. Dalam tradisi Ambengan, nilai-nilai ini tercermin melalui kebersamaan, rasa syukur, dan solidaritas antarwarga.
Selain menjadi sarana memperingati Isra Mikraj, Ambengan juga menjadi medium untuk mempererat silaturahmi, memperkuat iman, dan menjaga keberlanjutan budaya Islam. Tradisi ini terus dilestarikan sebagai wujud penghormatan terhadap warisan leluhur sekaligus pengingat akan pentingnya salat dan persatuan umat Islam.
Makna Isra Mikraj
Isra Miraj adalah perjalanan luar biasa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Peristiwa ini terbagi menjadi dua bagian, Isra, perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Lalu, Mikraj, perjalanan Nabi Muhammad SAW naik ke langit bertemu Allah SWT, menerima wahyu kewajiban salat lima waktu.
Peringatan Isra Mikraj, yang jatuh setiap tanggal 27 Rajab, menjadi momen penting bagi umat Islam untuk merefleksikan kembali makna perjalanan spiritual ini. Tidak hanya sebagai pengingat tentang kewajiban salat, tetapi sebagai ajakan memperkuat iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Tradisi Ambengan di Jawa Timur
Ambengan adalah salah satu tradisi yang masih dilestarikan masyarakat muslim di berbagai daerah Jawa Timur, khususnya di pedesaan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan di masjid atau musala setempat sebagai bentuk selamatan dalam rangka memperingati Isra Mikraj.
Salah satu daerah yang masih melestarikan tradisi ini adalah Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi. Warga menjalankan tradisi Ambengan di musala-musala dan masjid setempat.
Dilansir laman Desa Randusongo, tradisi Ambengan merujuk pada hidangan nasi beserta lauk pauk lengkap yang dibawa warga dari rumah masing-masing menggunakan nampan, baskom, atau tampah, ke masjid atau musala. Biasanya, acara dimulai dengan tahlilan, ceramah singkat, dan doa yang dipimpin ustaz atau kiai.
Tradisi Ambengan dimulai dengan pembuatan ambeng, makanan dengan berbagai menu seperti nasi, lauk pauk, buah-buahan, sayur-sayuran, daging ayam dan bebek, hingga seekor kambing. Bahkan, ada daerah yang menggunakan ayam dan kambing hidup, serta uang.
Pelaksanaan tradisi Ambengan melibatkan semua warga desa. Selain sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan, tradisi Ambengan juga memiliki nilai-nilai Islam yang mendalam, terutama dalam mempererat hubungan antar sesama dan memuliakan orang lain.
Pelaksanaan Tradisi Ambengan
Pada malam peringatan Isra Mikraj, warga desa membawa makanan dari rumah untuk disajikan bersama dalam satu wadah besar, seperti nampan, baskom, atau tampah. Makanan yang dibawa biasanya terdiri dari nasi dan berbagai lauk pauk lengkap, seperti sayur, ikan, ayam, tempe, dan sambal, yang semuanya disiapkan secara gotong-royong.
Warga kemudian berkumpul di masjid atau musala, tempat di mana acara tahlilan dan doa bersama dilaksanakan. Acara ini biasanya dipimpin seorang ustaz atau kiai, yang mengajak jemaah untuk mendoakan keselamatan dan keberkahan bagi umat Islam, serta merenungkan hikmah dari peristiwa Isra Mikraj.
Setelah doa bersama selesai, makanan yang sudah disiapkan dalam Ambengan dibagikan dan dimakan bersama. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, di mana setiap orang, tanpa membedakan usia dan status sosial, makan bersama dengan penuh rasa syukur.
Biasanya, satu Ambengan cukup untuk empat orang atau lebih, yang berarti bahwa makanan tersebut tidak hanya untuk konsumsi individu, tetapi untuk dibagikan kepada orang lain sebagai bentuk saling berbagi rezeki.
Makanan yang dibawa dan dimakan bersama-sama menggambarkan semangat gotong-royong, saling membantu, dan berbagi kebahagiaan. Dalam konteks peringatan Isra Mikraj, ini menjadi pengingat umat Islam harus saling mendukung dan mempererat tali persaudaraan.
Kebersamaan dalam Ambengan juga mencerminkan pentingnya salat berjemaah, yang merupakan salah satu ajaran utama dalam agama Islam. Sama seperti dalam salat berjemaah, umat Islam yang hadir dalam acara Ambengan memperlihatkan rasa persatuan dan solidaritas, baik secara fisik maupun spiritual.
Di Jawa Timur, khususnya di pedesaan, tradisi ini masih hidup dan berkembang, menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Isra Mi’raj dan hari-hari besar Islam lainnya. Lebih dari itu, Ambengan juga menjadi sarana untuk memperkuat iman, menambah rasa syukur, dan menjaga keberlanjutan budaya Islam yang kaya akan makna dan nilai-nilai positif.