LIPUTAN JATIM

Terkait Pidato Presiden Jokowi, GP Ansor Jatim Tuntut Reshuffle Menag RI

Ketua PW GP Ansor Jawa Timur H. Syafiq Syauqi

Liputanjatim.com – Menanggapi respon Presiden Jokowi untuk melakukan reshuffle kabinet, Ketua GP Ansor Jatim angkat bicara. Menurutnya, apa yang diresahkan oleh Jokowi merupakan cerminan dari keresahan rakyat Indonesia.

“Kami memaklumi dan respect dengan kepekaan bapak presiden, bahwa memang banyak sekali kinerja Kementrian yang lambat dan tidak mengerti skala prioritas kebijakan. Sehingga masyarakat belum merasakan akselerasi program pemerintah,” ungkap H. Syafiq Syauqi atau gus Syafiq, Senin (29/6/2020).

Lebih lanjut Gus Syafiq memaparkan, salah satu kinerja Kementrian yang patut untuk dievalusi dan direshuffle adalah Menteri Agama RI. Karena, tidak ada satupun program akselerasi penanganan dampak Covid-19 yang dilakukan oleh Kementrian Agama di wilayah pesantren dan madrasah.

“Menag Fahrul Razi kami nilai tidak ada keberpihakan kepada Pesantren dan Madrasah dalam upaya bersama mencegah sebaran Covid-19 dan mengedukasi publik. Bahkan secara gamblang membiarkan sama sekali pesantren tanpa ada pendampingan dalam menghadapi new normal,” jelasnya.

Untuk itu, mewakili jutaan kader Ansor di Jatim, Gus Syafiq menyampaikan ketidakpuasan atas kinerja Menteri Agama dan mendesak Presiden mengambil langkah extraordinary sesuai pidatonya dalam rapat kabinet.

“Pertemuan kiai sepuh di Pondok Pesantren Lirboyo pada Kamis lalu adalah puncak kegelisahan para ulama dan kiai atas diamnya pemerintah pada nasib pesantren di era pandemi. Pesantren dibiarkan sendirian tanpa ada keberpihakan negara. Maka reshuffle menteri agama bukanlah aspirasi yang berlebihan,” tegasnya.

Apa yang dinyatakan oleh Gus Syafiq terhadap kinerja Menag RI bukan asal-asalan. Setidaknya, menurut Gus Syafiq, ada beberapa catatan penting dimana presiden harus mereshuffle Menag RI tersebut.

Diantaranya adalah masalah cadar yang sebetulnya adalah ranah ikhtilaf di dalam pemahaman Islam. Kemudian, Menag RI tidak mengerti tentang orientasi tugasnya ketika berbicara mengenai pemulangan combatan eks ISIS yang sebetulnya merupakan kewenangan BNPT dan Kementrian Luar Negeri.

Selanjutnya, pihaknya merasa malu dan risih ketika Plt Dirjen Bimas Katolik diisi oleh orang muslim. Hal ini, menurut Gus Syafiq, kelihatan sepele tapi jelas menunjukkan bahwa Menag tidak paham perasaan kebangsaan dan tenggang rasa.

Namun begitu, dari semua catatan itu, keresahan yang dirasakan oleh Ansor Jatim adalah tidak adanya program prioritas dan extraordinary di tengah pandemi dari Menag RI kepada dunia pesantren.

“Visi besar Pak Jokowi di periode kedua ini adalah peningkatan SDM diantaranya adalah pesantren. Menag RI Fachrul Razi saya nilai gagal menjalankan visi besar itu dan layak untuk di-reshuffle,” pungkasnya.

Sebelumnya, dalam rapat Kabinet yang berlangsung pada Minggu (26/6), Jokowi terlihat memarahi jajaran menterinya. Hal itu dikarenakan kinerja Menteri dan lembaga negara dalam menangani pandemi Covid-19 dirasa kurang.

Selain itu, situasi krisis dan pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi akan terkontraksi hingga minus 6-7 persen tak membuat kinerja kementrian dan lembaga dibawahnya bergerak secara cepat dan extraordinary.

“Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran kemana-mana saya,” ungkap Jokowi dengan nada tinggi kepada menteri-menterinya.

Exit mobile version