Liputanjatim.com – Suara itu terdengar sayup di kejauhan. Semakin kencang terdengar ketika Gus Muhaimin Iskandar menyusuri selasar Bandara Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Terbawa angin yang sepoi di sore itu memecah senja. Dan senyum Gus Imin menghiasi jelaga di sudut bandara, Jumat (26/1/2024).
“AMIN kan dulu Gus, kita bersama Gus Imin,” teriak Sulaiman, Cleaning Service bandara sambil berlari kecil mendekat ke rombongan Gus Imin.
Gus Imin langsung menyambutnya dengan senyum yang merekah. Perjumpaan yang memeras rindu, singkat dan penuh dengan makna. Harapan itu pun terlontar, mereka yang ingin gerak dan berubah. Hidup juga bukan sekedar perjumpaan, tapi juga menjalankan amanah. “Kita mendengar semua, pesan itu menjadi perubahan untuk Indonesia,” sahut Gus Imin.
Derap langkahnya kembali mengadu, di sepanjang bandara yang di lewatinya menjadi saksi bisu dari gelombang solidaritas yang luar biasa. Teriakan AMIN yang kembali bergema di bandara, bukanlah semata-mata doa, melainkan sebuah simbol perubahan yang nyata. Di balik sapuan penuh ikhlas para pekerja, langkah tegap satpam, dan kerja keras porter, terdapat pesan yang mendalam soal nasib rakyat kecil kini tak lagi bisa diabaikan.
Semua pemandangan itu menjadi momentum di mana pesan perubahan nyata dan keadilan di Indonesia diresapi oleh seluruh rakyat kecil. Mereka yang selama ini bekerja di balik layar, kini berdiri dengan tegak, menuntut pengakuan atas kontribusi mereka. Teriakan AMIN menjadi manifestasi keberanian, suara yang seolah menegaskan, “Kami juga adalah bagian dari perubahan!”.
“Saya ini agak heran akhir-akhir ini saat tiba di bandara yang menyapa dan teriak AMIN itu cleaning service, satpam, terus porter dan supir bandara. Artinya pesan perubahan itu nyata dan ditangkap oleh seluruh rakyat kecil di Indonesia,” ucap Gus Muhaimin pada Acara Laskar Santri di Hotel 101 Sunset Badung, Bali.
Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa ini juga mengartikan, banyak rakyat Indonesia yang ingin menyuarakan keluh kesahnya, namun tidak tau harus kemana mereka menyampaikannya. Menurutnya ketika AMIN keliling daerah, banyak masyarakat berdatangan dan menyampaikan keresahannya selama ini.
“Begitu saya bersama Mas Anies keliling, banyak yang mendatangi, membendung dan menyampaikan keluh kesahnya masing-masing. Kesimpulan saya satu rakyat ini semuanya ingin berubah nasibnya tapi mau ngomong susah, mau menyampaikan, nggak ada jalannya, mau protes. ya namanya ajaran agamanya, banyak yang memahami kita tawadhu mungkin,” imbuhannya dengan suara lantang.
Cawapres nomor urut 1 ini mengingatkan kembali pada pemerintahan untuk tak lagi mengabaikan nasib rakyat kecil. Mereka yang setia menjaga kebersihan, keamanan, dan kelancaran operasional di bandara memiliki cerita dan kehidupan yang perlu dihargai. Gelombang solidaritas di bandara menjadi momentum untuk membangkitkan kesadaran nasional akan pentingnya menghargai setiap lapisan masyarakat.
“Melalui teriakan perubahan itu, pemerintahan diingatkan untuk tidak mengabaikan nasib rakyat biasa. Ini adalah momen berharga untuk membangkitkan semangat perubahan,” imbuhannya lagi.
Dengan AMIN yang berkumandang, bukan hanya doa yang terdengar, tetapi juga seruan untuk bersatu dalam perubahan. Bandara bukan lagi sekadar tempat transit, melainkan panggung bagi suara-suara yang selama ini terpinggirkan. Teriakan AMIN di bandara bukan hanya simbol, melainkan saksi dari kekuatan perubahan yang tumbuh dari bawah, dari rakyat kecil yang bersatu untuk hak mereka yang pantas diakui.