Liputanjatim.com – Bukit piramid yang berada di Kecamatan Curahdami, Bondowoso sudah menelan 2 korban jiwa. Agar kejadian tidak terulang kembali, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) setempat berencana menjajaki kemungkinan adanya pemandu profesional bukit tersebut.
Salah satunya dengan merekrut orang-orang yang memiliki keahlian khusus tentang tekhnis gunung atau menggunakan warga lokal sekitar kawasan bukit piramid.
“Kalau dari warga sekitar, tentunya harus lebih dulu mendapat pelatihan tentang safety gunung,” kata Kepala Bidang Disparpora Bondowoso Arif Setyo Raharjo, Kamis (13/8/2020).
Untuk mematangkan dua alternatif tersebut, pihaknya akan berkordinasi dengan pihak Perhutani untuk membahas pengelolaannya.
“Tahap awal, kami akan inventarisir dan memetakan spot-spot yang memiliki tingkat kerawanan tinggi,” tambahnya.
Misalnya, menurut Arif, pihak Perhutani yang mengelola bukit ke atas, sementara Pemkab yang menangani tentang pemberdayaan warga sekitar kawasan atau ada solusi lainnya.
Karena, bukit yang memiliki sisi yang terjal tersebut acapkali menarik perhatian para pendaki. Khususnya saat akhir pekan atau hari libur. Dan mereka berasal dari beragam kalangan mulai pendaki profesional maupun pelajar dan masyarakat umum.
Sebelumnya, Bukit Piramid memakan korban seorang pelajar SMA asal Bondowoso Multazam Ashari (18) tewas setelah terjatuh ke jurang sedalam 100 meter pada Minggu (9/8). Proses evakuasinya memakan waktu 10 jam karena beratnya medan.
Kemudian pada akhir Juni 2019, seorang pelajar SMP bernama Toriq juga tewas usai jatuh ke jurang bukit itu. Setelah melakukan operasi pencarian selama 13 hari, Jenazah korban baru ketemu.