Liputanjatim.com – Seluruh kecamatan di Kota Surabaya diprediksi akan memasuki awal musim kemarau pada April dasarian III atau antara tanggal 21 hingga 30 April 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mengimbau masyarakat untuk bersiap menghadapi perubahan musim ini.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, menyampaikan sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian masyarakat guna mengantisipasi potensi bencana yang mungkin timbul selama musim kemarau.
“Di sektor kebencanaan diimbau mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan. Terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan curah hujan di bawah normal dan secara klimatologis cenderung memiliki curah hujan rendah,” ujar Anung, Senin (21/4/2025).
Tak hanya potensi kebakaran, masyarakat juga diminta untuk waspada terhadap penurunan kualitas udara serta gangguan kenyamanan akibat suhu yang tinggi.
“Selanjutnya masyarakat juga diimbau untuk melakukan antisipasi terhadap memburuknya kualitas udara. Selain itu juga potensi terjadinya gangguan kenyamanan akibat fenomena udara panas serta lembab yang bisa timbul selama musim kemarau ini,” jelasnya.
Anung juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya air, terutama selama periode kering ini.
“Kemudian dapat mengoptimalkan sumber air alternatif dan memastikan distribusi air yang efektif untuk menjaga ketersediaan air bagi kebutuhan masyarakat selama periode musim kemarau,” lanjutnya.
Sementara itu, BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur juga mengungkapkan bahwa sebagian besar wilayah di provinsi ini diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2025.
“Berdasarkan analisis data dan memperhatikan dinamika atmosfer baik global maupun regional, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum awal musim kemarau tahun 2025 di Jawa Timur sebagian besar diprakirakan terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 51,4 persen,” beber Anung.
Ia menambahkan, sifat musim kemarau tahun ini cenderung berada dalam kondisi normal.
“Sifat kemarau akan berada pada kondisi normal sebanyak 70,3 persen,” jelasnya.
Namun demikian, waktu awal musim kemarau tidak seragam di seluruh wilayah Jawa Timur.
“Awal musim kemarau tahun 2025 diprakirakan mundur sebesar 32,4 persen, sama dengan normalnya sebesar 39,2 persen, dan maju sebesar 28,4 persen,” terangnya.