Liputanjatim.com – Menjelang beroperasinya moda angkutan umum Bus Trans Jatim di 3 wilayah Kabupaten/Kota yaitu, Gresik, Surabaya dan Sidoarjo, kini sontak menjadi momok tersendiri bagi beberapa Sopir Angkot yang sudah lama beroperasi.
Lantaran, Bus Trans Jatim yang didapuk menjadi program Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa itu lebih memiliki nilai tawar, salah satunya yaitu harga yang ekonomis dan mampu menampung sebanyak 40 penumpang sekaligus.
Yudhi (48) salah satu Sopir Angkot tujuan Gresik-Surabaya dan sebaliknya itu, mengaku khawatir dengan beroperasinya Bus Trans Jatim pada 19 agustus mendatang, berakibat pada menurunnya penumpang dan turunnya pundi-pundi pendapatan.
“Khawatir ya jelas khawatir, nanti mengurangi penumpang. Soalnya tarifnya sangat murah, 5000 dan 2500 untuk setiap pemberhentian,” kata Yudhi pinggir ruas jalan Romokalisari, perbatasan Gresik-Surabaya, Senin (08/08/22).
Lelaki paruh baya itu juga mengatakan, bahwa para Sopir Angkot selama ini sudah turun pendapatan dengan adanya ojek atau angkutan online yang telah menjamur, dan kali ini ketambahan dengan adanya Bus Trans Jatim.
“Selama ini menjadi pengaruh turunnya penumpang adalah adanya ojek online, kali ini ketambahan Trans Jatim, ya tidak tau lagi saya,” keluhnya.
Terlebih, mengenai patokan Bus Trans Jatim yang harganya 5000 bagi umum, 2500 untuk pelajar maupun santri, dengan harga 8000 untuk Angkot arah Gresik-Surabaya, pihaknya menerka bahwa nilai tersebut begitu timpang.
Untuk sekali kemudi, per-harinya Yudhi biasa dua kali PP (Pulang pergi) dan kadang sampai 3 dan 4 kali PP, dan itu bila ditaksir kedalam nominal penghasilan rupiah per-hari hanya bisa mengantongi 40 sampai 50 ribu.
“Berangkat jam setengah 8, sampai siang nanti jam 2, terus pulang dan ganti sopir. Kayak gini ini istirahat, karena sepi penumpang tidak ada yang naik,” ungkap Yudhi.
Pihaknya mengaku, bahwa sebelumnya dan sampai sekarang ini belum ada sosialisasi dari Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim kepada kawanan Sopir terkait adanya rencana program tersebut. Namun dari informasi yang didapat secara pribadi, Ia mengetahui, ada perjanjian dimana pengambilan penumpang tidak boleh selain dari halte tunggu yang sudah disediakan.
“Perjanjiannya tidak boleh ambil penumpang selain dari halte, tapi mengenai berjalannya di lapangan, kami juga tidak tahu lagi. Itu juga istilahnya, bakal mematikan bus biru P8 (Damri) yang sama-sama milik pemerintah (BUMN) sebenarnya, tapi lihat saja nanti,” hemat Yudhi.
Sementara itu, di tempat berbeda, Kepala Seksi (Kasi) Angkutan Orang dan Angkutan Barang Dinas Perhubungan (Dishub) Gresik Anom Kusumo Laksono, menjelaskan bahwa terkait program tersebut adalah wewenang dari provinsi dan lebih tepatnya untuk pengangkutan penumpang itu hanya di halte saja.
“Aturan pengangkutan penumpang Trans Jatim itu hanya berlokasi di titik halte saja. Kalau nanti mereka menaik turunkan penumpang sembarangan, ya nanti kita bertindak mengevaluasi dan melaporkan ke provinsi. Kita tidak mungkin diam saja. Bahkan Sopir Angkot gresik juga berhak untuk protes ke Provinsi dan nanti kita kawal. Karena itu diluar kesepakatan,” pungkasnya.