LIPUTAN JATIM

Sejarah Isra Mikraj dan Shalat 5 Waktu, Perjalanan Agung Rasulullah Menuju Sidratul Muntaha

@rri.co.id

Liputanjatim.com – Isra Mikraj merupakan salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah Islam yang dilalui oleh Rasulullah SAW. Dalam perjalanan ini, Rasulullah diutus oleh Allah SWT untuk melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Perjalanan tersebut merupakan perintah Allah SWT sebelum melanjutkan perjalanan spiritual ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh.

Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sarat dengan pelajaran spiritual yang mendalam. Dalam peristiwa ini, Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi di setiap tingkatan langit, yang menyambutnya dengan hangat dan memberikan doa kebaikan.

Isra’, pengertiannya menurut bahasa adalah perjalanan di malam hari (al-Munawwir: 1984: 671), sedangkan mi’raj adalah tangga untuk naik ke atas (al-Munawwir: 1984: 981).  Oleh karena itu pengertian Isra yang dimaksudkan adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa, sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau dari Masjid al-Aqsa ke Sidrah al-Muntaha. Sidrah al-Muntaha adalah tempat di langit yang bersifat ghaib, tidak mungkin dijangkau oleh panca indera manusia, bahkan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran.

Di langit pertama, beliau bertemu Nabi Adam AS, bapak umat manusia. Di langit kedua, beliau bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Perjalanan berlanjut ke langit ketiga, di mana Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf AS, manusia tertampan yang diciptakan Allah SWT.

Menuju langit keempat, Rasulullah bertemu Nabi Idris AS, nabi yang dikenal sebagai pelopor tulisan. Di langit kelima, beliau bertemu Nabi Harun AS, yang dikenal dengan kepandaiannya berbicara dan keberaniannya dalam berdakwah.

Pertemuan penuh keakraban terjadi di langit keenam dengan Nabi Musa AS, yang kemudian memberikan saran kepada Rasulullah SAW untuk memohon keringanan perintah salat dari 50 waktu menjadi lima waktu. Di langit ketujuh, Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim AS di dekat Baitul Makmur, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha.

Di Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW berdialog langsung dengan Allah SWT dan menerima perintah shalat lima waktu, yang menjadi kewajiban utama umat Islam. Perjalanan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT dan pentingnya ibadah salat sebagai bentuk kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya.

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, sebagaimana disebutkan berbagai kitab tarikh dan kitab hadits, Nabi Muhammad saw dan umatnya diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari-semalam. (Nur al-Yakin, hal. 67 dan Nabi al-Rahmah, 54). Peristiwa Isra’ Mi’raj menurut para ahli sejarah, selain disebutkan dalam kitab al-Hadits juga diisyaratkan Al-Qur’an pada awal surat al-Najm:

وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ ذُو مِرَّةٖ فَٱسۡتَوَىٰ وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ  

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauannya sendiri melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya. Yang diwahyukan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cedas dan Jibril itu menampakkan diri dalam bentuk yang asli, sedang ia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan”. (QS Al-Najm [53]: 1 –10).

Isra Mikraj tidak hanya menjadi peristiwa sejarah yang agung, tetapi juga simbol pentingnya spiritualitas, keimanan, dan ibadah dalam kehidupan seorang muslim.

Exit mobile version