Liputanjatim.com – Untuk menelusuri dugaan bau gas belerang yang keluar dari perut kawah Gunung Raung, tim Pengamat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berencana meninjaunya. Tak hanya itu saja, mereka juga akan memasang GPS di gunung tersebut.
“Kami menduga dari sana. Karena saat gunung dalam kondisi normal, seringkali bau belerang itu muncul. Karena kan Raung juga mengandung SO2 atau belerang sulfida,” kata petugas PPGA Raung, Burhan Alethea kepada wartawan, Jumat (29/1/2021).
(Baca Juga: https://www.liputanjatim.com/politisi-pkb-berharap-upt-hortikultura-memberikan-sumbangsih-terhadap-pad-jatim/)
Burhan menambahkan, dirinya enggan untuk berspekulasi lebih jauh tentang dugaan keluarnya hidrogen sulfida dari gunung setinggi 3.332 mdpl itu.
“Kita masih akan kaji ulang. Nanti ada tim PVMBG yang terjun. Kita pantau apakah dari Gunung Raung, apakah terbawa angin dari Gunung Ijen,” beber Burhan.
Dipasangnya GPS di gunung Raung, menurut Burhan, bertujuan untuk mengamati deformasi gunung api. GPS sendiri merupakan sistem satelit navigasi yang membantu menentukan posisi yang berbasis pada pengamatan setelit GPS. Cara kerjanya di gunung api dengan survei GPS, yakni menempatkannya pada titik yang ditetapkan koordinatnya dengan GPS.
Dengan penetapan titik secara akurat dan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat pada kecepatan perubahan koordinat di titik itu, maka karakteristik ground deformation pada tubuh gunung api dapat dihitung dan selanjutnya dipelajari.
“Pemantauan deformasi dengan menggunakan GPS dilakukan secara episodik dan atau kontinyu,” tandasnya.