Surabaya – Calon Gubernur Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah, mengungkapkan rasa prihatin mendalam terhadap aksi peternak di Pasuruan yang terpaksa membuang hasil panen susu mereka. Aksi ini terjadi akibat pembatasan kuota pembelian oleh pabrik susu, yang diduga lebih memilih bahan baku impor daripada susu lokal. Padahal, peternak sudah menjalin kontrak dengan industri.
Menurut Luluk, kejadian ini sangat memilukan, terlebih saat Indonesia belum mencapai swasembada susu.
“Kondisi seperti ini jelas tidak seharusnya terjadi. Di saat kita masih berjuang untuk swasembada susu, kok bisa ada peternak yang harus membuang hasil panennya? Ini menunjukkan adanya masalah serius dalam tata kelola sektor peternakan,” ujar Luluk dalam keterangan resminya, Jumat, (8/11/2024).
Luluk meminta pemerintah segera turun tangan untuk menyerap hasil panen susu dari peternak lokal. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mencegah aksi buang susu yang lebih masif di masa mendatang. Menurutnya, hasil panen susu petani harus dijadikan prioritas utama sebelum melakukan impor.
“Pemerintah harus segera ambil tindakan. Serap hasil panen peternak, jangan sampai ada lagi susu yang terbuang sia-sia,” tegas Luluk.
Luluk juga menyayangkan adanya indikasi pemutusan kontrak sepihak oleh pihak industri terhadap peternak. Ia menekankan bahwa semua pihak yang telah menjalin kerjasama dengan peternak harus mematuhi perjanjian yang sudah disepakati.
“Kontrak itu harus dihormati, tidak bisa diputus sepihak. Peternak sudah bekerja keras memenuhi kewajiban mereka, pihak industri juga harus menghargai kerja sama ini dan tidak merugikan petani,” lanjut Luluk.
Lebih lanjut, Luluk menyoroti adanya indikasi bahwa susu lokal dinomorduakan dan lebih memilih bahan baku impor. Ia menilai kebijakan seperti ini bertentangan dengan semangat untuk memberdayakan peternak lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor.
“Kalau benar ada indikasi susu lokal diabaikan dan memilih impor, ini sangat disayangkan. Ini bertentangan dengan upaya kita memperkuat peternak lokal,” kata Luluk.
Saat ini isu penolakan susu lokal marak di Jawa Timur dan wilayah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat, Pengepul susu dari Pasuruan, Bayu Aji Handayanto, mengungkapkan banyak pihak yang enggan angkat suara.
“Kejadian buang susu ini terjadi di seluruh Jawa, tapi tidak banyak yang berani speak up. Semua saling berkoordinasi diam-diam, karena ada hubungan dengan program susu gratis yang terus digaungkan,” ungkap Bayu.
Di tengah situasi ini, Luluk Nur Hamidah tampil sebagai salah satu yang berani bersuara. Ia menilai tindakan industri yang lebih mengutamakan impor tidak sesuai dengan semangat memberdayakan peternak lokal. Hal ini menurutnya menjadi ironi di tengah kampanye pemerintah yang mendorong kedaulatan pangan.
Luluk menilai program program pangan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo seharusnya menjadi momentum memperbaiki tata kelola dan meningkatkan kedaulatan pangan, khususnya di Jawa Timur, bukan malah menggencarkan impor yang merugikan peternak.
“Program ini harus menjadi kesempatan untuk memperbaiki tata kelola pangan kita. Prioritaskan produk dalam negeri, bukan malah menggencarkan impor yang mematikan peternak lokal,” ujar Luluk.
Jika terpilih, Luluk berkomitmen akan memberikan perhatian khusus pada peternak dan sektor pangan di Jawa Timur. Ia berjanji untuk menciptakan ekosistem yang adil dan berkelanjutan serta mendukung koperasi peternak agar memiliki kemampuan produksi susu siap konsumsi.
“Kami akan siapkan anggaran, teknologi, sarana prasarana, serta pasarnya. Sisanya, peternak dan koperasi akan kami dukung sepenuhnya untuk mengolah hasil panen dengan tepat. Kami ingin memastikan tidak ada lagi susu lokal yang terbuang sia-sia,” tutup Luluk.