Polda Jatim Siapkan Strategi Untuk Tekan Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Perlintasan KA 

Liputanjatim.com – Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur tengah berupaya menekan angka kecelakaan lalu lintas di perlintasan kereta api. Pasalnya angka tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun.

“Sepanjang tahun 2022 angka korban meningkat menjadi 225, terdiri dari meninggal dunia, luka berat dan luka ringan,” ungkap Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto dalam rapat koordinasi bersama Pemprov Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (04/01/2023).

Dikatakannya Ditlantas Polda Jatim mencatat pada tahun 2020 angka kejadian sebanyak 120 kasus dengan 58 korban meninggal dunia. Kemudian pada tahun 2021 naik menjadi 144 kasus dengan 77 meninggal dunia. 

Sedangkan pada tahun 2022 naik menjadi 175 kasus dengan total 225 korban terdiri dari 105 korban meninggal dunia, 50 luka berat dan 70 luka ringan.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa 89% korban dalam tiga tahun terkahir ini adalah mereka yang sedang berada dalam usia produktif antara 16 tahun hingga 60 tahun.

Menurutnya, angka tersebut menjadi sebuah keprihatinan tersendiri mengingat sudah banyak korban meninggal dunia akibat perlintasan yang tidak berpalang pintu.

Terdapat 734 perlintasan tak berpalang pintu yang tercatat sampai sejauh ini dan memiliki potensi kerawanan tinggi karena menjadi ruang publik yang selalu dilewati. 

“Kami punya semangat untuk menyelamatkan warga Jatim sehingga 2023 ini tidak terjadi lagi. Kami duduk bersama Pemprov Jatim, Pemerintah kabupaten/kota, KAI dan stakeholder terkait berupaya untuk menyelamatkan masyarakat dari masalah ini,” ujarnya.

Ia berharap pertemuan ini dapat menjadi langkah awal untuk segera mengambil langkah dalam membangun pos-pos perlintasan kereta api yang masih belum berpalang pintu. 

Sementara Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol M Taslim Chairuddin menyampaikan, beberapa kendala yang menyebabkan meningkatnya kasus ini tak luput dari kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.

“Kami akui tingkat kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas kurang. Kedua, sarana dan prasaran alat bantu perlintasan kurang. Ketiga, masyarakat yang terus berkembang membuat mobilitas ikut berkembang juga,” imbuhnya.

Karena itu, ia mengatakan, upaya sosialisasi taat berlalu lintas harus terus dilakukan di seluruh daerah bahkan hingga desa. Selain itu, pemasangan rambu-rambu juga harus digencarkan. Menurutnya, hal itu dinilai efektif memberikan informasi kepada warga sehingga dapat lebih berhati-hati ketika melintas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here