Liputanjatim.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada bulan Desember 2021 mendatang, sebagian wilayah Indonesia akan menghadapi fenomena La Nina.
BMKG sendiri memprediksi fenomena La Nina tersebut akan berlangsung hingga bulan Februari 2022. Seperti diketahui, La Nina merupakan fenomena alam dimana curah hujan akan meningkat drastis.
Datangnya La Lina ini sendiri menurut Kepala UPT Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura Dinas Pertanian dan Pangan Jawa Timur, Irita Rahayu akan mengancam komoditas pertanian. Apalagi pasca terjadinya banjir, akan mengakibatkan gagal panen.
“Selain dampak banjir yang mengakibatkan puso (gagal panen), kami juga menangani serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti jamur, wereng, dan tikus yang marak muncul setelah banjir,” kata Irita, Senin (1/11/2021).
Sebagai langkah mitigasi bencana La Nina, pihak UPT Proteksi Tanaman Pangan sudah bersurat kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Timur untuk memberi perhatian pada daerah-daerah yang dikategorikan rawan banjir dan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
“Masing-masing Kabupaten dan Kota sudah kami kawal. Kami di UPT Proteksi memiliki petugas yang tersebar di Jatim untuk mitigasi dan antisipasi banjir yang melibatkan pihak terkait untuk upaya penanganannya, kami sudah melakukan gerakan pembersihan tikus pra tanam, kami juga sudah melakukan langkah koordinasi dengan daerah lain seperti Lamongan yang kami lihat potensi rawan banjir, rawan tikus dan serangan OPT tinggi sehingga kami beri perhatian penuh bersama dengan PU dan dinas terkait,” ujar Irita.
Oleh karenanya, sebagai langkah antisipasi dari pada gagalnya panen petani, pihak Dinas Pertanian akan melakuka percepatan musim tatam. Untuk menghindari puncak fase La Nina ini.
“Selain percepatan kami juga menganjurkan untuk menggunakan varietas padi yang tahan genangan sekaligus kami mendorong petani mengikuti asuransi pertanian,” imbuhnya.