Liputanjatim.com – Hujan terus-menerus selama sepekan terakhir berdampak serius pada produksi garam di Probolinggo. Belasan hektare tambak garam, terutama di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, mengalami gagal panen.
Petani pun hanya bisa gigit jari melihat hamparan tambak garam yang kini lebih mirip lautan akibat campuran air laut dan air hujan. Para petani memilih menghentikan produksi sambil tetap mengatur masuknya air ke tambak.
Suparyono, anggota kelompok tani setempat, menyebut kerugian akibat gagal panen sangat besar. “Hasil garam tidak sampai satu sak, tidak bisa dijual,” keluhnya, Rabu (11/12).
Beberapa petak tambak di Kalibuntu masih dapat diselamatkan, tetapi sebagian besar tambak tidak lagi berproduksi. Dalam kondisi normal, hasil panen dari 17 hektare lahan mencapai Rp500 juta hingga Rp600 juta.
Kini, sisa garam digunakan untuk campuran pakan ternak karena tak layak dijual. Para petani memutuskan menunggu musim kemarau untuk memulai produksi kembali.
Dengan lahan tambak seluas 12 meter x 50 meter yang biasanya menghasilkan 11 ton garam per panen, kerugian para petani diperkirakan terus meningkat jika hujan berlanjut.
Butuh Pinjaman
Suparyono mengaku untuk kembali memulai produksi garamnya, para petani harus mendapatkan bantuan permodalan. Setidaknya pinjaman lunak dari pemerintah.
“Sudah lama sejak COVID-19 tidak ada pinjaman lunak. Kami butuh modal awal dan pinjaman lunak dari pemerintah,” kata Suparyono.
Petani berharap pemerintah segera memberikan bantuan agar mereka dapat kembali berproduksi di musim kemarau mendatang.