Liputanjatim.com – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tidak lepas dari sejarah perjuangan para kiai dan santri, dalam melawan penjajah yang datang ke Surabaya pada masanya. Namun pada konteks kekinian, para santri khususnya, harus bisa memahami makna perjuangan dan perlawanan lebih luas lagi.
“Hari Santri yang diperingati setiap tahunnya merupakan bentuk apresiasi untuk mengingat, mengenang, dan meneladani kaum santri yang telah melawan penjajah dan berjuang dalam kemerdekaan Indonesia,” kata Anggota DPRD Jatim dari fraksi PKB, Ahmad Athoillah, Jumat, 20 Oktober 2023.
Tema Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2023 ini adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Pada konteks kekinian, kata dia, semangat Resolusi Jihad yang diserukan Pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, harus bisa diemplementasikan pada beragam aspek.
Misalkan tantangan nyata bagi santri saat ini adalah melawan pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI. Juga semangat meningkatkan perekonomian yang masih lemah, ketertinggalan dalam bidang pendidikan, serta sejumlah kondisi bangsa yang masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain.
“Peringatan Hari Santri tahun ini sangat istimewa, dan kita patut bangga sebagai santri. Tapi santri tetap mempunyai tugas untuk menjadi garda terdepan dalam memerangi pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI, serta membentengi masyarakat dari paham-paham yang menyimpang,” ujar Gus Atho’, sapaan akrabnya.
Untuk membekali peran santri dalam menghadapi persoalan bangsan ini, lanjut Gus Atho’, perlu memperkuat serta membentengi dengan ajaran Ahlusunah wal Jamaah (Aswaja) An-nahdliyah. Menurutnya, ajaran itu dapat memperkokoh ideologi kebangsaan bagi para santri. “Seperti halnya yang telah dilakukan banyak tokoh NU yang berperan penting terhadap negara ini, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH As’ad Syamsul Arifin dan lainnya,” katanya.
Gus Atho’ mengatakan peran santri bisa dilakukan dari berbagai aspek, termasuk menjadi peserta dalam kontestasi politik. Baik dalam kehidupan bermasyarakat, jadi anggota legislatif (DPR) maupun eksekutif seperti pemilihan kepala daerah (bupati, walikota, gubernur), bahkan kepala negara (pemilihan presiden). “Kita semua tahu bahwa Pak Anies Baswedan, Gus Muhaimin Iskandar adalah santri, dan beliau semua adalah putra terbaik bangsa yang dulu ditempa di pesantren,” kata pria yang juga pengasuh Ponpes Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ini.
Oleh karena itu, Gus Atho’, berharap para santri agar memiliki peran penting dalam berkontribusi terhadap bangsa Indonesia. “Santri yang hari ini masih belajar di pesantren atau yang sudah bermasyarakat, harus mengambil peran dalam memahamkan di lingkungan sekitarnya. Misalnya lewat medsos untuk tidak menyebarkan hoax, tidak menjelekkan figure calon legislatif dan eksekutif, serta memberikan paham kepada masyarakat atas pentingnya peran santri dalam memimpin negeri,” pungkasnya.