LIPUTAN JATIM

Pemprov Jatim Didesak Segera Bangun Pelabuhan Perikanan di Jember

Liputanjatim.com – DPRD Jawa Timur berharap agar Pemprov segera merealisasikan pembangunan pelabuhan baru untuk nelayan di desa Sumberejo, kecamatan Ambulu, kabupaten Jember.

Dermaga untuk perikanan itu dianggap sangat penting untuk membantu bongkar muat kapal nelayan dan menunjang sektor pariwista agar ekonomi masyarakat di pesisir bisa berkembang baik.

“Setelah kami tinjau lokasi dan beberapa informasi yang kami terima seluruh pihak mendukung pelabuhan ini segera dibangun, karena pertimbangan mendukung kepentingan rakyat terutama nelayan,” kata anggota komisi B DPRD Jatim Karimulloh Dahrujiadi pada Jumat (8/9/2023).

Anggota DPRD Jatim dari Dapil Jember-Lumajang itu mengaku akan mengawal proses penganggaran pelabuhan nelayan tersebut. Diharapkan, paling lambat, pada tahun 2024 dermaga seluas 5 hektar itu bisa segera dimulai.

Menurut dia, keberadaan pelabuhan itu sangat strategis, karena berada di kawasan wisata di pesisir selatan kabupaten Jember, sehingga bisa menunjang percepatan pembangunan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di pesisir.

“Kalau ini seluruhnya gayung bersambut kompak dan tinggal melanjutkan kedepan. Area sudah jelas dan bicara dari sisi anggaran Pemkab sudah memberikan dukungan penuh dan Pemprov harus merealisasikan,” tambahnya.

Ketua DPD Golkar Jember itu menilai, selama ini para nelayan kesulitan untuk bersandar di pantai payangan.
Selain ombak yang tinggi, wilayah pantai payangan juga konturnya terdiri dari bebatuan, sehingga membuat keselamatan nelayan terancam.

”Jadi harus ada pelabuhan yang aman untuk nelayan dan memenuhi standart,” jelasnya.

Sementara itu kepala desa Sumberejo, Riono Hadi mengaku senang dengan kunjungan DPRD Jatim ke pantai Payangan, Jember.

Dia berharap, setelah melihat kondisi di lapangan, para legislator DPRD Jatim bisa memperjuangkan terealisasinya pembangunan dermaga itu, agar kesejahteraan nelayan semakin meningkat.

“Harapan kita dengan kunjungan ini dermaga segera terealisasi untuk kesejahteraan masyarakat nelayan,” katanya.

Dia mengaku, selama ini, nelayan di desanya tidak berani bersandar di pantai payangan, karena ombak laut yang ganas dan pantai terdiri dari bebatuan. Kondisi itu dinilai mengancam keselamatan nelayan.

Riono menambahkan, para nelayan di desanya terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan, karena harus bersandar ke pelabuhan Wuluhan, yang letaknya 3 km dari desa mereka. Kondisi itu membuat nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup besar.

“Terlalu banyak biaya terutama transportasi. Selama ini sandar di wilayah Wuluhan dan harus menggunakan transport medannya seperti itu,” jelasnya.
“Lebih aman disana ombak besar dan medannya seperti itu. Sekali sandar sekitar Rp 250 ribu,” pungkasnya.

Exit mobile version