Liputanjatim.com – Pembangunan jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II Kraksaan-Paiton, sepanjang 11,20 km terus berjalan hingga mencapai progres 81,91% di akhir Januari kemarin.
Proyek ini merupakan Kerja Sama Operasi (KSO) PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), PT Acset Indonusa Tbk (Acset), dan PT Nindya Karya (NK).
“Sampai dengan Januari 2025, progres pengerjaan jalan tol ini mencatat progres sebesar 81,91%,” kta direktur Operasi III HKI, Aditya Novendra Jaya, Jumat (7/2/2025).
Aditya menyampaikan tol yang menghubungkan Kraksaan hingga Paiton ini akan tersambung dengan tol Gending-Kraksaan sepanjang 12,88 km, yang telah difungsikan sementara pada libur Natal dan Tahun Baru 2025 lalu.
Dia mengklaim jika Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II dioperasikan akan mempercepat pengiriman logistik ke Jawa Timur bagian timur, sehingga meningkatkan kondisi ekonomi disekitar tol.
“Kami mohon doa dan dukungan masyarakat agar pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II Kraksaan-Paiton bisa segera kami selesaikan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Jawa timur dan sekitarnya,” ujarnya.
Aditya menambahkan, fasilitas struktur tol ini akan memiliki satu interchange, yakni interchange Paiton STA 19+591 sebagai akses keluar dan masuk tol dari Paiton. Selain itu, tol ini dirancang dengan jalur 2×2 dan rencana kecepatan 100 km/jam.
Untuk percepatan konstruksi di lapangan, KSO HKI-Acset-NK menerapkan metode Deep Cement Mixing (DCM). Metode ini efektif untuk memperbaiki tanah yang tidak stabil, sehingga dapat mendukung struktur jalan tol dengan baik.
“Penggunaan metode DCM di proyek Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II, menjadi salah satu yang pertama diimplementasikan dalam pembangunan jalan tol. Biasanya metode ini digunakan kontraktor dalam membangun jenis pekerjaan gedung dan bangunan,” imbuhnya.
Selain metode DCM, konstruksi Jalan Tol Probolinggo Banyuwangi Paket II HKI juga mengimplementasikan Building Information Modelling (BIM) yang didukung dengan penggunaan Light Detection and Ranging (LiDAR) untuk menghasilkan pemetaan topografi dan pembuatan model 3D dari lingkungan yang akan dibangun.
Menurutnya, dengan menggunakan BIM, proses konstruksi di lapangan menjadi lebih efektif dikarenakan perencanaan konstruksi yang matang dan detail untuk mengurangi rework dan waste.