Liputanjatim.com – Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Abdul Halim Iskandar atau Pak Halim memaparkan jika NU identik dengan budaya sinkretisme. Sehingga metode dakwah yang diajarkan oleh walisongo tersebut tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh para ulama NU.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan di acara Serasehan Politik Kebangsaan Bersama Warga NU di Kantor MWC NU Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.
“Tidak ada ceritanya para wali mulai dari Sunan Gresik sampai sunan Kudus berdakwah dengan cara kekerasan. Semuanya dengan cara baik, dengan kalimat-kalimat baik dan itulah yang kemudian menghasilkan kekuatan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dan diperkuat lagi, dikokohkan lagi, diformalkan dengan Jamiyah Nahdlatul Ulama,” ungkap Pak Halim dihadapan ratusan warga NU, Minggu (10/3/2019).
Untuk itu, sambung Pak Halim, semua warga NU harus mensolidkan diri dengan cara membentengi keluarga, penguatan organisasi dan tidak diam menyuarakan kebenaran. Sebab, ruang publik saat ini dikuasai oleh sekelompok orang yang sedikit memahami ilmu agama tetapi cenderung berani untuk berdakwah.
“Kita sebagai warga NU harus betul-betul memperjuangkan NU. Perjuangan NU pertama melalui penguatan keluarga, yang kedua penguatan organisasi. Jamiyah ini harus dibesarkan. Makane kulo duwe (makanya saya punya) program membangun kantor MWC se Jawa Timur. Tujuannya apa yang kita lakukan ini adalah dalam rangka menguatkan jamiyah NU. Yang ketiga jangan diam untuk perjuangan NU,” tambah Pak Halim.
Pak Halim juga menambahkan jika NU sudah memiliki tiga komponen sebuah organisasi yang kuat. Salah satunya basis kebudayaan yang melekat pada organisasi yang didirikan pada 1926 tersebut.
“Ada tiga hal yang menjadikan sebuah organisasi ini kuat dan kokoh. Pertama kekuatan ideologi, sebab NU tidak diragukan lagi ideologinya yaitu Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua, kemapanan ekonomi, insya allah secara bertahap ekonomi warga NU akan meningkat. Karena kita sudah semakin banyak masuk di wilayah kekuasan. Tidak ada gunanya segudang kebaikan tanpa secuil kekuasaan. Yang ketiga memiliki basis budaya. NU itu satu-satunya organisasi yang memiliki basis budaya,” ungkap Pak Halim
Oleh karenanya, jika ada anggapan NU sudah besar dan tidak perlu diperjuangkan merupakan stigma yang salah. Sebab, ungkap Ketua DPW PKB Jawa Timur tersebut, NU besar seperti saat ini merupakan hasil kesolidan dan jerih payah perjuangan para ulama.
“Makanya kita harus giat dalam perjuangan. Karena tidak ada gunanya banyak massa tapi tercerai berai. Kalimat yang perlu direvisi, salah total niku (itu, red) adalah NU ada dimana-mana. Itu salah. Kalau orang NU satu barisan gak akan orang lain ngerusak NU. Ngerusak NU bisanya lewat dalam dan tidak bisa dimusuhi lewat luar. Musuh PKI, solid NU. Musuh HTI sembarang kalir, solid. Pokoknya musuh dari luar solid NU, kalahnya NU musuh NU sendiri,” pungkas Pak Halim.
Acara yang berlangsung dari siang hingga sore hari ini dihadiri oleh seluruh pengurus tingkat ranting MWC NU Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Juga hadir pada kesempatan tersebut seluruh banom NU mulai dari unsur Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU dan IPPNU.