LIPUTAN JATIM

OPINI : Nilai Tukar Petani Jawa Timur dan Tantangan Keberlanjutan Pertanian

Liputanjatim.com – Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator penting yang menggambarkan daya beli petani dan kesejahteraan mereka di wilayah pedesaan. Pada Desember 2024, NTP Jawa Timur mencapai angka 111,96, meningkat 1,60% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini menjadi kabar baik, tetapi juga menyiratkan tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan pertanian di Jawa Timur.

Apa di Balik Angka NTP yang Naik?

Kenaikan NTP ini tidak datang begitu saja. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada (02/01/2025), menunjukkan bahwa indeks harga yang diterima petani (It) naik 2,31%, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) hanya meningkat 0,70%. Kesenjangan ini mencerminkan keuntungan bagi petani dalam menjual produk mereka, terutama dari subsektor Hortikultura yang mengalami lonjakan terbesar dengan kenaikan 8,71%.

Namun, apakah angka ini cukup untuk menjamin kesejahteraan petani dalam jangka panjang? Sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi harga, akses pasar, hingga dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Potensi dan Ancaman di Subsektor Hortikultura

Hortikultura menjadi bintang utama dalam kenaikan NTP Desember 2024. Kenaikan harga cabai merah sebesar 34,45% dan cabai rawit sebesar 17,93% menjadi pendorong utama. Komoditas ini memang memberikan keuntungan besar bagi petani, tetapi volatilitas harga cabai sering kali menjadi momok yang merugikan di masa depan. Ketika harga anjlok, petani akan kembali terpuruk, seperti yang sering terjadi di masa lalu.

Untuk itu, diperlukan strategi stabilisasi harga, seperti pengembangan fasilitas penyimpanan dingin dan diversifikasi produk olahan. Selain itu, pemerintah perlu memperkuat akses pasar bagi petani hortikultura agar mereka tidak terjebak dalam permainan harga yang merugikan.

Harga Gabah dan Beras: Realita yang Harus Dihadapi

Subsektor Tanaman Pangan juga mencatat kenaikan moderat, dengan harga Gabah Kering Panen (GKP) naik 2,26% menjadi Rp6.589 per kilogram. Meskipun kenaikan ini memberikan keuntungan bagi petani, masih ada masalah yang perlu diselesaikan, terutama terkait gabah luar kualitas yang justru mengalami penurunan harga 4,16%.

Penurunan ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap kualitas produksi. Investasi dalam teknologi pertanian dan pelatihan untuk petani bisa menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas gabah. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa harga pembelian pemerintah (HPP) tetap kompetitif untuk melindungi petani dari kerugian.

Perbandingan dengan Provinsi Lain: Apakah Jawa Timur Unggul?

Jawa Timur mencatat kenaikan NTP tertinggi di Pulau Jawa, mengalahkan Daerah Istimewa Yogyakarta (0,89%) dan Jawa Tengah (0,73%). Ini adalah pencapaian yang patut diapresiasi, tetapi apakah ini cukup untuk memastikan posisi Jawa Timur sebagai pusat pertanian yang tangguh?

Provinsi lain mungkin menghadapi tantangan yang berbeda, tetapi penting bagi Jawa Timur untuk tidak hanya fokus pada kenaikan angka NTP, melainkan juga pada keberlanjutan sektor pertanian secara keseluruhan. Penelitian dan inovasi harus terus didorong untuk menjawab tantangan masa depan.

Keberlanjutan dalam Sektor Pertanian

Kenaikan NTP memang menunjukkan bahwa petani memiliki daya beli yang lebih baik, tetapi angka ini tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan di lapangan. Petani sering kali menghadapi biaya produksi yang terus meningkat, seperti kenaikan harga pupuk, transportasi, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Selain itu, perubahan iklim menjadi ancaman serius. Cuaca ekstrem dapat merusak hasil panen, sementara ketergantungan pada komoditas tertentu membuat petani rentan terhadap fluktuasi harga. Diversifikasi tanaman dan adopsi teknologi ramah lingkungan adalah langkah yang harus segera diambil.

Apa yang Harus Dilakukan?

Pemerintah perlu melihat kenaikan NTP ini sebagai kesempatan untuk memperkuat sektor pertanian. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  1. Meningkatkan Akses Pasar : Petani membutuhkan akses pasar yang lebih luas dan adil. Pengembangan infrastruktur, seperti jalan dan fasilitas penyimpanan, sangat penting untuk meminimalkan kerugian pascapanen.
  2. Pelatihan dan Pendidikan untuk Petani : Program pelatihan harus difokuskan pada praktik pertanian berkelanjutan, manajemen keuangan, dan diversifikasi usaha.
  3. Investasi dalam Teknologi : Teknologi modern, seperti irigasi cerdas dan alat pertanian berbasis digital, dapat meningkatkan efisiensi dan hasil panen petani.
  4. Perlindungan Sosial bagi Petani : Program perlindungan sosial, seperti asuransi pertanian, dapat memberikan jaring pengaman bagi petani yang terdampak oleh bencana alam atau anjloknya harga komoditas.

Kesimpulan

Kenaikan NTP Jawa Timur pada Desember 2024 adalah pencapaian yang membanggakan, tetapi ini baru langkah awal. Keberlanjutan sektor pertanian memerlukan komitmen bersama antara pemerintah, petani, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, sektor pertanian di Jawa Timur dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi daerah yang inklusif dan berkelanjutan.

Sumber Data :

Exit mobile version