Liputanjatim.com – Wali Kota Batu, Nurochman, menegaskan pentingnya perubahan menyeluruh dalam pengelolaan kawasan wisata kuliner legendaris Payung. Melalui konsep Payung Reborn, Pemerintah Kota Batu bersiap memoles ulang kawasan kuliner yang telah lama menjadi ikon Kota Batu tersebut.
Menurut Nurochman, revitalisasi kawasan Payung bukan sekadar mempercantik tampilan fisik, melainkan juga mengubah pola pikir para pelaku wisata. “Bukan hanya poles ulang, tapi ubah pola pikir pelaku wisatanya,” ujarnya, Rabu (16/4/2025).
Ia menekankan bahwa pelaku usaha di kawasan wisata harus lebih ramah dan terbuka terhadap pengunjung. Upaya ini dilakukan agar Payung bisa menjadi destinasi yang berkelanjutan, bukan sekadar tempat mencari untung sesaat. “Jangan ambil risiko, Payung harus aman dan nyaman bagi wisatawan,” tegasnya.
Payung selama ini dikenal sebagai kawasan kuliner pinggir jalan yang menyajikan pemandangan indah. Namun, lokasinya yang berada di tepi jurang dan menggunakan konstruksi lama dinilai tidak lagi sesuai dengan kebutuhan pariwisata modern.
Melalui konsep Payung Reborn, kawasan ini akan ditata ulang dengan desain yang lebih menarik dan kekinian. Fasilitas penerangan jalan juga akan diperbaiki untuk menunjang keamanan, terutama pada malam hari.
Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, menambahkan bahwa penataan kawasan Payung juga menyasar aspek legalitas. Ia menyebut pemerintah mendukung penguatan status hukum usaha para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di kawasan tersebut. “Kita dukung perbaikan legalitas Payung dengan Perhutani,” katanya.
Kawasan Payung saat ini berada di wilayah hutan milik Perum Perhutani KPH Malang. Pemkot Batu berupaya memastikan para PKL dapat terus berjualan secara legal tanpa melanggar aturan kehutanan.
Dengan Payung Reborn, Nurochman berharap Payung kembali menjadi ikon kuliner yang aman, nyaman, dan modern, sekaligus mencerminkan wajah baru pariwisata Kota Batu yang berdaya saing.