Liputanjatim.com – Semarak kemerdekaan 17 Agustus menjadi momentum yang ditunggu-tunggh bangsa Indonesia. Bulan Agustus pun menjadi bulan sakral, dikarenakan banyak kegiatan perlombaan masyarakat diadakan di bulan bulan tersebut.
Masyarakat dengan serentak memasang bendera di depan rumah, di perempatan desa, di jalan-jalan, ataupun di baliho. Saat ini Indonesia akan memasuki umur yang ke 76 tahun setelah teks proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945 silam.
Namun ada yang berbeda pada perayaan kali ini. Masyarakat terpaksa harus menahan diri diri untuk melakukan pesta kemerdekaan karena masih dalam kunkungan pandemi Covid-19.
Anggota DPRD Jawa Timur, Masduki menuturkan, masyarakat seyogyanya paham terhadap kondisi tersebut. Ia mengakatan refleksi kemerdekaan dan semangat perjuangan yang telah ditorehkan pahlawan harus diartikan dinamis.
Mengambil nilai semangat juang untuk membangkitkan dan memulihkan bangsa ini, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Dalam peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 76, ini kita dipaksa melakukan atau mentradisikan hal-hal yang dulu dianggap tabu, salah satunya memakai masker, tidak bersalaman. Jaga jarak atau menghindari kerumunan, ini menjadi tantang kita sebagai generasi muda melakukan hal baru,” kata Masduki yang juga Ketua DPC PKB Kota Mojokerto ini, Senin (16/8/2021).
Inovasi baru dengan berdiri diatas nilai perjuangan sangat dibutuhkan. Ralistis terhadap perubahan zaman menjadi titik tentu agar bangsa ini tetap eksis demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
“Kita sekarang ditantangan berkegiatan atau berdakwah di dunia maya. Rapat, belajar pake daring. Berdakwah atau seminar pake daring, ini manjadi tantangan kita, kita yakin di dalam cobaan pasti ada hikmah. Dalam hal sulit pasti ada kemudahan,” tutur anggota komisi D ini.
Lebih dari itu, politisi dari daerah pilihan (Dapil) Mojokerto-Jombang ini mengingatkan, agar masyarakat Indonesia selalu syukur atas nikmat tuhan dengan kemerdekaan ini. Mengingat negeri yang kita cintai “ditumbali” oleh para pahlawan dengan harga yang tidak murah. Jiwa dan raga mereka pertaruhkan demi mencapai kemerdekaan.
Gus Uki sapaan akrabnya menuturkan, sikap syukur atas sebuah kemerdekaan adalah wajib. Senada dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, dalam surah Ibrahim ayat 6.
وَإِذ قَالَ مُوسَى لِقَومِهِ اذكُرُوا نِعمَةَ اللهِ عَلَيكُم إِذ أَنجَاكُم مِن الِ فِرعَونَ يَسُومُونَكُم سُوءَ العَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبنَاءَكُم وَ يَستَحيُونَ نِسَاءَكُم وَفِي ذَلِكُم بَلاَ ءٌ مِن رَبِّكُم عَظِيمٌ
“(Dan ingatlah) Ketika Musa berkata kepada kaumnya: “ingatlah kalian atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian, yaitu, ketika Allah menyelamatkan kalian dari tentara Fir’aun yang menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan menyembelih anak-anak kalian dan mempermalukan istri-istri kalian. Hal tersebut adalah bala’ yang besar dari Tuhan kalian”.
Ayat ini mengisahkan Nabi Musa As, yang memerintahkan kaumnya (Bani Israil) untuk mengingat, dan bersyukur kepada Allah yang telah memberikan mereka kenikmatan berupa “kemerdekaan” dari belenggu kebiadaban pemerintahan Fir’aun.
Dalam Tafsir Sahl At-Tustari dijelaskan, bahwa mengingat-ingat kenikmatan masa lalu, mampu melahirkan kebahagiaan, rasa syukur, dan kecintaan atas nikmat-nikmat tersebut di masa selanjutnya. Hal ini tentu keadaan yang kita harapkan setelah memperingati hari kemerdekaan.
Jika kita refleksikan dalam konteks ke-Indonesiaan, apa yang dialami oleh Bani Israil “mirip” dengan apa yang dialami oleh masyarakat Indonesia saat masa penjajahan. Seperti penindasan, pemerasan, pembunuhan, dan lain lain.
Oleh karenanya, kita memperingati hari di mana Allah menganugerahkan nikmat yang besar bagi Indonesia, yakni kemerdekaan dari penjajahan.
“Karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia, harus selalu semangat, terus berjuang terhdap apapun kondisi yang terjadi,” tegasnya.