Liputanjatim.com – Minimnya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap masalah gangguan kejiwaan menjadi salah satu faktor tingginya kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipasung dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, dr. Roni Subagyo, dalam dialog pagi Pro1 RRI Surabaya, Senin (17/2/2025).
Menurut dr. Roni, penderita ODGJ membutuhkan penanganan medis yang tepat agar dapat pulih, bukan justru dikurung atau dipasung oleh keluarga mereka sendiri. Ia menilai, tindakan pemasungan hanya akan memperburuk kondisi pasien dan semakin menjauhkan mereka dari kemungkinan sembuh.
“Mereka itu butuh penanganan medis, jadi harus disembuhkan lewat metode medis seperti obat, terapi, dan lainnya agar bisa pulih. Nah, ini keluarga sebagai orang terdekat malah tidak peduli dan justru memilih mengurung ODGJ di rumah, bahkan dipasung. Akibatnya, kondisi mereka semakin memprihatinkan. Tak heran jika kasus ini menjadi fenomena gunung es dengan jumlah yang cukup banyak di Jawa Timur,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Roni menekankan pentingnya upaya pencegahan dini, deteksi dini, dan terapi dini dalam menekan jumlah penderita gangguan kejiwaan. Menurutnya, edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat, terutama bagi keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan mental, menjadi langkah yang sangat penting.
“Siapa saja bisa mengalami gangguan kesehatan mental atau bahkan menjadi ODGJ. Jika kita ingin menekan angka kasus ini, harus ada upaya yang jelas, seperti pencegahan dini, deteksi dini, serta terapi dini. Hal ini harus dipahami oleh keluarga sebagai orang terdekat, sehingga edukasi dan sosialisasi perlu terus dilakukan,” tegasnya.
Dr. Roni juga mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menangani kasus ODGJ, seperti program penjemputan penderita yang dipasung untuk mendapatkan perawatan, sosialisasi kepada masyarakat, serta pelibatan dinas-dinas terkait dalam penanganan persoalan ini.
Namun, ia menekankan bahwa untuk mencapai target Jawa Timur Bebas Pasung dan Zero ODGJ, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Tantangan besar masih menghadang, tetapi dengan sinergi dan kepedulian semua pihak, kondisi ini dapat diatasi demi kesejahteraan para penderita gangguan jiwa di Jawa Timur.