LIPUTAN JATIM

MenKes RI Rencanakan Dokter Asing Masuk Indonesia, Eks Rektor Unair: Salah Distribusi

Mantan Rektor Universitas Airlangga (Unair) periode 2001-2006, Prof Dr dr Med Puruhito SpB(K) TKV

Liputanjatim.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah menyuarakan rencananya untuk mendatangkan dokter asing ke Indonesia sebagai respons terhadap kekurangan jumlah dokter spesialis yang dihadapi negara ini. Alasan ini disampaikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan yang semakin meningkat, khususnya di daerah-daerah terpencil.

Pernyataan ini menuai tanggapan dari kalangan akademisi dan praktisi medis tanah air. Mantan Rektor Universitas Airlangga (Unair) periode 2001-2006, Prof Dr dr Med Puruhito SpB(K) TKV, menyoroti pentingnya pengembangan sumber daya manusia lokal dalam bidang kedokteran. Menurut Puruhito, Indonesia memiliki dokter-dokter spesialis yang berkualitas, namun maslahnya kemungkinan pendistribusian belum merata.


“Kalau saya melihat yang salah itu distribusinya. Itu saja. Kalau di Jakarta itu 30 ribu-40 ribu dokter spesialis, yang salah siapa? Ya mungkin mereka nggak mau keluar. Kalau saya datang ke Flores nggak ada dokter. Dari Labuan Bajo sampai Ende Puskesmas-nya cuma dua. Kan sulit, ya. Jadi kami distribusi,” ujar Prof Puruhito, Jumat (5/7/2024).

Ia menegaskan bahwa di kota-kota besar seperti Kota Surabaya saat ini menurutnya juga kekurangan dokter spesialis. Bahkan pernah tenaga dokter sampai kewalahan.

“Bukan kekurangan, ya, ini masalah distribusinya. Tapi produksi kita cukup memberikan jaminan, dokter kita baik, itu yang penting. FK Unair adalah salah satu produsen dokter terbaik di Indonesia,” ujarnya.

Berkaitan dengan kualitas dokter Tanah Air dengan dokter asing, dia menyebut bahwa tenaga kedokteran di Indonesia sangat mampu bersaing dengan dokter dari negara lain. Puruhito menegaskan, kendala di dalam negeri adalah pembiayaan.

“Apakah kita mampu bersaing? Iya, kita nggak kalah. Yang kalah apanya? Duitnya. Bukan duit gimana, pembiayaannya itu yang kurang. Harga obat disinggung sama alkes, iya. Ya gimana lagi saya enggak tahu. Kok bisa mahal di Indonesia?” ujarnya.

“Waduh itu kebijakan yang di luar kewenangan saya untuk menjawab, saya tidak tahu. Kita hanya bisa terima. Kok mahal ya? Kok nggak ada ya? Itu salah satu faktor. Saya sangat-sangat sedih,” ungkapnya.

Exit mobile version