Surabaya – Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah, turut angkat bicara soal pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Airlangga (Unair) oleh pihak dekanat.
Meskipun pembekuan BEM FISIP Unair akhirnya dibatalkan setelah mendapat kritikan dari berbagai pihak, Luluk tetap menyayangkan tindakan represif tersebut. Ia menilai bahwa keputusan ini berpotensi menghambat kebebasan berpikir kritis mahasiswa dan mengekang ruang berekspresi yang seharusnya dijamin di lingkungan kampus.
“Elit kampus jangan memasung nalar kritis mahasiswa,” ujar Luluk di Surabaya, Selasa (29/10/2024).
Sebagai mantan aktivis reformasi, Luluk menegaskan bahwa kampus adalah ruang untuk mengasah nalar kritis mahasiswa melalui berbagai bentuk ekspresi. Kebebasan berekspresi dan kebebasan berpendapat, menurutnya, adalah bagian esensial dari kehidupan demokrasi yang seharusnya dihidupkan di lingkungan akademis.
“Nah, cara kita melakukan pembinaan kepada mahasiswa itu ya dengan cara memberikan kebebasan,” katanya.
“Bukan dengan cara mengekang, apalagi dikit-dikit melarang, dikit-dikit mengancam. Ini justru mengurangi daya kritis mereka.” lanjut Luluk.
Oleh sebab itu, Luluk menyayangkan keputusan pembekuan tersebut karena dapat meninggalkan trauma bagi mahasiswa lain yang ingin berpikir kritis dan menjalankan fungsi kontrolnya.
“Kampus jangan selalu main kuasa. Pendekatan kekuasaan itu tidak akan kondusif bagi kehidupan kampus,” tambahnya.
Luluk menilai, saat ini bukan waktunya membungkan apa yang menjadi kekritisan mahasiswa. Apalagi dilakukan oleh pihak kampus sendiri yang seharusnya menjadi payung penyemangat anak didik dalam mengasah pikirannya.
“Ini udah nggak zamannya, jadi di era keterbukaan semacam ini, sikap rektor yang semacam itu bukan malah mendapatkan simpati, tapi justru malah mendapatkan ya antipati lah. Lagi pula untuk apa? Mau cari muka depan penguasa?” Kata dia.
Sebagai mantan Ketua Umum Kopri PB PMII, Luluk juga menekankan pentingnya menjaga nama baik sivitas akademika Unair sebagai salah satu kampus terkemuka di Indonesia. Ia berharap agar kampus memberikan kebebasan berpikir dan berpendapat kepada mahasiswanya tanpa harus dihadapkan dengan tindakan represif.
Alumni Lee Kuan Yew School of Public Policy ini berharap bahwa insiden pembekuan BEM FISIP Unair tidak menyurutkan pola pikir kritis mahasiswa. Ia akan terus mendukung kebebasan berekspresi mahasiswa sebagai bagian penting dalam demokrasi Indonesia.
“Yang kita harapkan, teman-teman mahasiswa tetap semangat dan tidak kehilangan sikap kritisnya dalam mengawal demokrasi secara konstruktif,” harap Luluk.