Efek letupan dari gas beracun di Kawah Ijen pada Rabu (21/3), sangat terasa terutama pada lahan pertanian. Ratusan hektare lahan pertanian terkena dampak dari gas beracun ini.
Kepala Sub Seksi (KSS) Komunikasi Perusahaan dan Kelola Sosial (KPKS) Perhutani KPH Bondowoso, Suharto menjelaskan bahwa ada sekitar 1700-an hektar lahan pertanian di lereng Gunung Ijen yang terpapr gas beracun tersebut. Area tersebut merupakan lahan yang dikelola oleh perhutani.
“Lahan tersebut digarap oleh petani setempat. Sistemnya bagi hasil,” ungkap Suharto, Sabtu (24/3/2018).
Suharto memaparkan sedikitnya ada 600 hektare lahan pertanian rusak akibat gas beracun. Lahan yang digarap warga itu terletak di kawasan PTPN XII dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA).
Sebelumnya, letupan gas beracun terjadi pada Rabu (21/3) sekitar pukul 19.00 WIB. Puluhan warga Margahayu dan Watucapil, Bondowoso, yang berjarak sekitar 7 km dari kawasan tersebut terkena dampaknya. Efek dari muntahan kawah itu berupa lemas, muntah, dan ada juga yang pingsan.
Pendakian di kawasan wisata tersebut ditutup seketika sebab efek yang ditimbulkan dari letupan gas beracun tersebut. Para penambangpun juga belum diijinkan untuk memulai aktifitas menambang.
Letupan terjadi karena perbedaan suhu di musim penghujan. Kepala pos Pengamatan Gunung Api (PPGA), Bambang Heri Purwanto, menjelaskan gas beracun di Kawah Ijen sangat berbahaya. Setiap tahun, gas beracun itu muncul saat intensitas hujan tinggi. Suhu dingin bertemu dengan panas sehingga menyebabkan letupan. [Joe]