Liputanjatim.com – Lagi-lagi, Muslimat NU tidak menggubris Surat Intruksi yang dikeluarkan oleh organisasi Nahdlatul ‘Ulama (NU) yang tidak memperbolehkan dukung mendukung secara institusi kepada calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur. Akan tetapi, Muslimat NU yang merupakan salah satu Badan Otonom (Banom) NU, tetap menggunakan institusi Muslimat untuk mendukung salah satu Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.
Banom NU ini terbukti mengeluarkan surat resmi untuk memenangkan Khofifah Indar Parawansa, yang masih tercatat sebagai Ketua Umum PP. Muslimat. Surat tersebut dikeluarkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat Nahdlatul ‘Ulama Jawa Timur, Nyai Masruroh Wahid. Surat tugas resmi tersebut dengan Nomor: 289/A/PWM-NU/III/2018 keluar pada Senin, 5 Februari 2018. Surat tersebut kini beredar di sejumlah grup media sosial, Whatsapp (WA).
Surat tugas tersebut menugaskan dua Kader Muslimat NU Kabupaten Malang yaitu Hj. Musrifah Hadi, Kecamatan Karang Ploso dan Hj Anisah Mahfud, Kecamatan Singosari untuk melakukan sosialisasi dan memenangkan Ketua Umum PP. Muslimat NU sebagai calon Gubernur Jawa Timur 2018-2023.
Surat yang ditujukan kepada kedua Kader Muslimat NU di Kabupaten Malang itu, juga meminta untuk memenangkan Khofifah di lingkungan Muslimat NU se-Kabupaten Malang. Keluarnya surat tugas yang secara terang-terangan melibatkan Muslimat NU tersebut, sudah sangat jelas melibatkan Muslimat NU dalam politik praktis yaitu dengan mendukung pasangan calon nomor urut 1.
Padahal, belum sampai dua pekan adanya insiden pencantuman logo NU di kalender dan stiker yang dipasang di antara foto Khofifah-Emil dan telah beredar di wilayah Tulungagung, Kediri, Trenggalek dan beberapa wilayah Mataraman. Adanya insiden itu sempat mendapat kritikan sejumlah kalangan kiai di wilayah tersebut.
Bahkan, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur, KH Ahmad Fahrurrozi menyayangkan cara-cara yang tidak terpuji dengan mencantumkan logo NU itu. Upaya itu jelas membingungkan dan memecah belah warga NU di bawah, yang jelas-jelas sikap NU tidak memihak kepada salah satu calon karena Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah sama-sama kader NU.
Gus Fahrur itu menyatakan, sebetulnya para kiai sudah menyayangkan Paslon (pasangan calon) nomor 1 yang ke mana-mana menggunakan nama Muslimat secara organisasi. “Itu yang tidak boleh, mereka harus melepas baju Korps (Muslimat) itu,” ungkapnya.”tegas gus fahrur
Apa jadinya, lanjut Gus Fahrur, jika Khofifah yang merupakan Ketum PP Muslimat menggunakan baju Muslimat, lalu Gus Ipul yang merupakan Ketua PBNU ikut menggunakan baju Organisasi. “Lho ini kan bisa rancu. Harusnya tahu aturan, siapu pun boleh mendukung asal atas nama pribadi jangan membawa atribut NU,”ungkapnya.
Termasuk, lanjut Gus Fahrur, atribut Muslimat juga tidak boleh digunakan mendukung ketuanya. Menurutnya, kalau memang mengikuti aturan NU seharusnya Banom itu tunduk kepada aturan NU. Bahkan, Ketua Banom tidak boleh terlibat dalam politik praktis, termasuk Khofifah seharusnya mengundurkan diri dari Ketua PP Muslimat ketika maju di Pilgub Jatim. “Itu kalau nyalon harus pengunduran diri, itu ada klausulnya,” tutupnya.
Perlu diketahui, kontestasi Pilgub Jawa Timur 2018 diikuti dua Kader terbaik NU yaitu Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa. Baik Gus Ipul dan Khofifah di kalangan NU menduduki jabatan dan pengaruh yang cukup kuat.
Sosok figur Gus Ipul misalnya, di kalangan NU sudah masyhur dengan pernah menjabat Ketua PP GP Ansor dua priode dan saat ini juga mejabat salah satu Ketua PBNU. Sedangkan, Khofifah merupakan Ketua PP Muslimat NU tiga priode.
Bukan hanya itu, dalam jabatan birokrasi terakhir misalnya, Gus Ipul mantan Wakil Gubernur Jatim yang hampir dua Priode mendampingi Pakde Karwo (Soekarwo). Sedangkan, Khofifah mantan Menteri Sosial RI.
Keduanya kini bertarung merebutkan kursi Jatim 1. Gus Ipul yang merupakan cicit KH Bisri Syansuri kini berpasangan dengan Puti Guntur Soekarno, yang merupakan cucu Presiden pertama RI Bung Karno. Gus Ipul-Puti yang diusung partai PKB, PDIP, PKS dan Gerindra mendapat nomor urut 2.
Sedangkan, Khofifah Indar Parawansa maju yang ketiga kalinya di Pilgub Jatim. Kali ini, Khofifah berpasangan dengan Emil Dardak. Pasangan Khofifah-Emil itu mendapat nomor urut 1. Keduanya diudung partai koalisi partai Demokrat, PPP, Nasdem, Golkar, Hanura dan PAN. [an/joe]