Liputanjatim.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti polio, campak, difteri dan rubela.
Ia mengajak masyarakat mewujudkan sikap kewaspadaan itu dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta melengkapi imunisasi pada anak.
“Ayo segera bawa anak-anak kita ke Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat agar melengkapi status imunisasinya dan selalu menerapkan PHBS.” ucapnya di Surabaya, Rabu (15/03/2023).
Ia juga meminta kepada seluruh jajaran Diinas kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian PD3I, khususnya difteri di Jatim.
Pasalnya, data Dinkes Jatim menunjukkan jumlah kasus difteri di Jawa Timur hingga Maret 2023 sebanyak 51 kasus yang tersebar di 26 kabupaten dan kota dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus.
“Saya instruksikan Kepala Dinkes Jatim agar berkordinasi intensif dengan Kepala Dinkes di 38 kabupaten/kota untuk mengoptimalkan pelaksanaan surevilans Difteri dan PD3I lainnya,” jelasnya.
Termasuk melakukan peningkatan kewaspadaan dini dan respon di wilayah, salah satunya adalah dengan pelaporan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR),
Ia mengatakan, pihaknya juga terus melalukan kerjasama dengan Dinkes kabupaten/kota dalam menanggulangi penyakit difteri di Jawa Timur.
Beberapa upaya yang dilakukan antara lain yaitu melakukan penyelidikan epidemiologi kasus difteri, melaksanakan Outbreak Respon Immunization (ORI) di wilayah yang terdampak kasus difteri serta menyiapkan logistik berupa vaksin difteri dan anti difteri serum.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono menghimbau masyarakat untuk memakai masker dan rajin mencuci tangan.
“Karena penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriaedan itu menular melalui droplet dan sentuhan benda yang terkontaminasi dengan air liur penderita,” ucapnya.
Ia menyebut, kasus difteri di Jatim masih ditemukan di setiap tahunnya. Untuk itu, penerapan PHBS merupakan hal penting bagi semua masyarakat.
Disampaikannya gejala dan tanda khas dari kasus Difteri yakni adanya pseudomembran atau membrane berwarna putih ke abu-abuan di sekitar tonsil atau faring.
Kemudian disusul dengan sakit tenggorokan, batuk, demam, pembengkakan leher dan sesak napas yang berbunyi.
“Saya menghimbau kepada masyarakat, jika menemui gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasyankes terdekat untuk segera ditangani,” pungkasnya.