Liputanjatim.com – Kepergian KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) meninggalkan sejuta kenangan bagi para kerabat, mulai dari pejabat, politisi, tokoh masyarakat dan tentu para santri di Jawa Timur. Gus Sholah, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu terkanal sangat dekat dengan masyarakat dari berbagai golongan tanpa melihat status sosial seseorang, ia pun dikenal sebagai tokoh nasional yang dekat dengan masyarakat tanpa sekat.
Sebagaimana keserhanaan yang tampak, Gus Sholah ketika diundang sebagai pemateri sebuah diskusi tanpa berbelit-belit seperti menggunakan undangan resmi dan sebagainya. Meskipun hanya diundang lewat SMS dan telfon, Gus Sholah tetap ramah dan mengkonfirmasi untuk hadir. Sosok kesederhanaan Gus Sholah tersebut dikisahkan oleh Ketua Fraksi PKB Jawa Timur Fauzan Fuadi.
Fuazan mengisahkan bahwa dirinya dulu waktu masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2005 pernah mengundang Gus Sholah dalam sebuah acara kegiatan mahasiswa. Ia mengundangnya hanya lewwat telfon dan SMS.
“Saya tidak menyangka sama sekali kalau beliau berkenan hadir. Padahal saya mengundang beliau hanya via telpon,” ungkap Fauzan.
Padahal, kata Fauzan, ia sebelumnya tidak pernah bertemu, apa lagi berkenalan dengan cucu dari KH Hasyim Asy’ari itu. Dan sudah dapat dipastikan Gus Sholah tidak tau siapa yang menelfon dan mengundangnya itu.
“Beliau tentu saja tidak mengenal siapa saya. Saya merasa bersalah dan tidak sopan, tokoh sekelas beliau hadir di acara kami tanpa terlebih dahulu kami sowan kepadanya,” Kisah mantan Ketua PC PMII Malang itu dengan penuh penyesalan.
Pengalaman yang terjadi bersama Gus Sholah tersebut kini hanya tinggal kenangan dan pembelajaran bagi Fauzan. Ia merasa kehilangan dengan sosok ulama kharismatik yang selama ini membawa pesan dan dakwah kedamain di Indonesia.
“Bangsa Indonesia pasti sangat kehilangan sosok hangat dan bersahaja seperti beliau. Sugeng tindak, Gus Sholah,” pungkasnya.