Liputanjatim.com – Partai Amanat Nasional (PAN) segera melakukan regenerasi pada kongres tahun 2020. Namun dari sekian calon yang ditampilkan, tak ada satupun yang murni kader PAN. Nama-nama besar yang tampil ke publik diantaranya adalah Sandiaga Uno, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Ketiga nama tersebut digadang-gadang berpeluang memimpin partai yang berlambang matahari itu
jika benar-benar terjadi PAN gaet salah satu tiga tokoh tersebut, maka secara tidak sadar PAN semakin menunjukkan bahwa PAN tidak mampu mencetak kader ideologis untuk memimpin partai. Bisa jadi, PAN bisa saja dituduh sebagai partai yang tidak berideologi, karena mudahnya seseorang menduduki puncak pimpinan tanpa melalui proses kaderisasi di dalam partai.
Contoh saja, Sandiaga Uno, mantan cawapres yang mendampingi Prabowo itu merupakan mantan kander Partai Gerindra yang juga sempat menduduki jabatan sebagai Anggota Dewan Pembina Gerindra. Anies Baswedan, Gubernur Jakarta ini ideologinya lebih dekat pada Partai Kesejahteraan Sosial (PKS). Sedangkan Gatot tidak memiliki latar belakang politisi, ia merupakan mantan jendral TNI bintang empat.
Pengamat politik LIPI Aisah Putri Budiarti menyampaikan ada tiga kriteria ketua umum partai politik yang ideal. Yaitu kader terbaik yang paham ideologi partai, memiliki relasi kuat dengan internal bauk pusat dan daerah, serta memiliki pengalaman kerja untuk partai.”Pengalaman kerja ini penting untuk mengukur loyalitas, kapasitas dan strategi kerja kader tersebut untuk membangun partai,” katanya, Kamis (29/8).
Dari tiga kriteria itu, bisa terpenuhi oleh kandidat yang telah ditempa melalui proses rekrutmen dan kaderisasi partai yang tidak instan. “Pengalaman kerja ini penting untuk mengukur loyalitas, kapasitas dan strategi kerja kader tersebut untuk membangun partai,” katanya, Kamis (29/8).
Putri berpendapat, menggaet Sandi sebagai bakal calon ketum PAN sah-sah saja, selama tidak menabrak aturan internal partai. “Namun, kalau pada akhirnya nanti SU terpilih menjadi ketua umum, maka hal ini menandakan bahwa ada yang salah dari rekrutmen dan kaderisasi internal partai terutama untuk regenerasi pimpinan PAN,” Jelas Putri[hy]