LIPUTAN JATIM

Januari hingga November 2023 Ditemukan ODHIV Sebanyak 9.409 Orang

Liputanjatim.com – Setiap tanggal 1 Desember, kita peringati sebagai Hari Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Sedunia. Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 12 Tahun 2018 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang oleh berbagai macam penyakit. Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Dr Erwin Astha Triyono menjelaskan bahwa berdasarkan data dari aplikasi Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur per tanggal 23 November 2023, estimasi ODHIV di Jawa Timur Tahun 2023 sebanyak 65.238 orang. Sedangkan ODHIV yang berhasil ditemukan mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 2023 sebanyak 97.431 orang.

“Jumlah penemuan tersebut melebihi dari estimasi ODHIV di Jawa Timur Tahun 2023. Sedangkan, penemuan ODHIV baru mulai Januari hingga November 2023 adalah sebesar 9.409 orang,” katanya, Senin 4 Desember 2023.

Erwin mengatakan pada prinsipnya penularan HIV sangat sulit. Menurutnya hanya dua yang paling mungkin berisiko untuk tertular, yaitu dari hubungan seks berisiko dan penggunaan narkoba suntik. “Selama masyarakat tidak menggunakan narkoba suntik bersama-sama dengan yang lain atau tidak melakukan hubungan seks berisiko, kemungkinan besar tidak akan tertular,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa masyarakat masih menganggap HIV tidak ada obatnya, padahal pemerintah sudah mengalokasikan anggaran yang sedemikian besar untuk membantu pengobatan penyakit HIV dengan Anti Retroviral (ARV).

“Terapi HIV dengan ARV ini sangat menjanjikan, karena target pemerintah sendiri dalam 6 bulan pertama, 95 persen virusnya sudah harus tidak terdeteksi. Jika sudah tidak terdeteksi, maka diharapkan kekebalan tubuhnya akan bangkit dengan sendirinya. Kalau kekebalan bangkit, maka diharapkan pasien HIV akan kembali pulih menjadi manusia normal seperti biasa dari sisi imunitasnya, namun tetap harus mengonsumsi ARV,” terangnya.

Seperti halnya penyakit kronis lainnya, baik diabetes maupun hipertensi, maka untuk mengendalikan penyakitnya, penderita diabetes maupun hipertensi harus mengonsumsi obat secara rutin sepanjang hidupnya. Begitu pula dengan ODHIV, walaupun virusnya sudah bisa dikendalikan, ARV harus tetap dikonsumsi sampai sepanjang hidupnya.

“Namun, jangan dibayangkan sepanjang hidup harus minum obat, tetapi hanya cukup meluangkan waktu 5 menit setiap harinya untuk mengonsumsi ARV, imunitas ODHIV bisa terjaga dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Jadi, penyakit HIV tidak ada bedanya dengan penyakit kronis lainnya, pemenangnya adalah siapa yang mau berobat.” tegasnya.

Oleh karena itu, Erwin berpesan bagi masyarakat yang memiliki risiko tertular agar segera mengakses layanan kesehatan untuk diperiksa dan diobati. Tatalaksana ini menurutnya, sudah ada di hampir semua fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, baik itu di faskes tingkat 1, tingkat 2 maupun tingkat 3. Sehingga sebetulnya tidak ada alasan bagi masyarakat yang memiliki risiko untuk tidak segera memeriksakan diri dan diobati.

“Selain itu, program-program skrining, misalkan pada ibu hamil juga menjadi isu penting karena kita tahu bahwa menuju Indonesia Emas Tahun 2045, kita semua ingin mendapatkan generasi-generasi yang sehat. Untuk mendapatkan generasi yang sehat, maka mulai saat ini program pemerintah mendorong untuk melakukan skrining pada ibu hamil, skrining tidak hanya HIV, namun juga hepatitis B dan sifilis,” terangnya.

“Dengan skrining, diharapkan bila ibu hamil itu ternyata negatif atau sehat, maka kita bersyukur. Layanan Antenatal Care (ANC) akan tetap kita berikan yang terbaik untuk ibu-ibu yang sehat. Tetapi bila pada saat skrining, ibu hamil itu positif HIV-nya, maka segera kita berikan ANC yang terbaik juga, tentunya ditambah dengan pemberian ARV bagi ibu hamil yang HIV positif. Pemberian ARV pada ibu hamil sangat menjanjikan karena begitu diberikan pada ibu hamil yang umur kehamilannya kurang dari minggu ke-14 maka diharapkan penularan ke bayinya kurang dari 2 persen,” pungkasnya.

Exit mobile version