Jalan Perjuangan Nyai Djuwairiyah Menangkan AMIN untuk NU, Islam dan Negara

Liputanjatim.com – Sudah nyaman di lingkungan pondok pesantren tidak membuat istri Kiai Fawaid As’ad, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Nyai Djuwairiyah di Madura bisa duduk tenang berleha-leha.

Padahal dari dilihat dari strata sosial, apa yang tidak dimiliki Nyai Djuwairiyah? Semua sudah lengkap. Privilese, harta benda bahkan ribuan santri yang berebut untuk sekedar melayaninya.

Namun itu semua tidak bisa membuatnya duduk anteng di teras rumah. Ada satu hal yang masih membayang-bayangi pikirannya. ‘Perjuangan masih belum usai’ mungkin kalimat itu yang pas mewakili kemelut pikiran Nyai Djuwairiyah.

Akhir-akhir ini nyai yang terkenal akan karismatiknya, masih belum terlihat dilingkungan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Ia melanglang ke beberapa daerah di Jawa Timur. Kabar terbarunya dia berada di Madura. Di pulau akan budaya dan keseniannya dengan pengaruh Islamnya yang kuat.

Di pulau garam itu Nyai Djuwairiyah berkunjung ke dua kabupaten, yakni Sumenep dan Pamekasan. Nyai Djuwairiyah menemui ibu-ibu, warga Nahdliyyin dan alumni Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Misinya satu, mengajak mereka untuk turut andil mendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

Seakan tidak mengenal lelah, pita suaranya terus bergetar hanya untuk mengampanyekan sosok AMIN. Pasangan yang diusung oleh koalisi Perubahan, NasDem, PKB dan PKS.

Sebagai seorang yang hidup di lingkungan pesantren yang lekat dengan wajah Nahdliyyin, solidaritas Nyai Djuwairiyah terpanggil untuk membantu sesama kader NU.

Ia mengakui, pengaruhnya memang tidak sebesar tokoh kesohor lainnya. Namun dirinya ingin membuktikan dan menunjukkan dimana dirinya harus berpihak, dalam proses meraih mimpi memilih pemimpin yang terbaik untuk Indonesia.

“Kita hanya berproses mencari pemimpin yang terbaik. Santri jangan salah pilih, alumni jangan salah pilih,” katanya.

Nyai Djuwairiyah menilai, saat ini Indonesia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Dimana kekuasaan sudah melebihi proporsional kewenangan. Sistem Checks and balances ia katakan lambat laun mulai terkikis akibat porsi kekuasaan melebar ke lembaga tinggi negara lainnya. Sehingga dampak intervensi pemerintah nyata dirasakan, bahkan hingga ke lembaga Yudikatif.

Oleh karananya kata Nyai Djuwairiyah, hari ini adalah momentumnya, di mana pesta demokrasi itu digelar. Ia mengajak semua pihak peduli dengan kondisi yang sekarang terjadi. Karena momentum lima tahunan menjadi titik penentu bagaimana arah gerakan Indonesia kedepan.

“Mak kita harus peduli, jika tidak peduli maka orang lain yang tidak bertanggung jawab yang peduli,” katanya.

Oleh sebab itu, perjuangannya untuk memenangkan AMIN bukan hanya sekedar berlandaskan permitaan atau pun kedekatan sesama kader Nahdliyyin. Namun di dirinya tertaman cita-cita luhur keinginan membangun peradaban berbangsa dan bernegara yang lebih maju, khususnya mengembalikan harkat dan martabat NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia.

“Kalau ini panjenengan liat, kami khawatir, NU sudah tidak punya wibawa lagi,” tutur Nyai Djuwairiyah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here