Liputanjatim.com – Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, secara kumulatif selama bulan Januari hingga Juli 2020, impor yang masuk ke Jawa Timur sebesar USD 11,40 miliar atau turun 14,80 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian tahun lalu pada periode yang sama sebesar USD 13,39 persen.
Sementara impor pada Juli 2020 mencapai USD 1,38 miliar atau turun 10,00 persen dari bulan sebelumnya. Kemudian nilai impor Juli 2020 ini turun sebesar 30,95 persen dibandingkan Juli 2019.
Baca Juga: https://www.liputanjatim.com/?s=jatim
“Untuk bulan Juli 2020, dominasi impor adalah bahan baku dan penolong dengan nilai USD 1,04 miliar dengan kontribusi 75,73 persen. Kemudian impor barang konsumsi sebesar USD 205,28 juta atau berkontribusi 14,92 persen dari total impor Jatim,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badang Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satriyo Wibowo dalam rilisnya, Rabu (19/8/2020).
Sementara pada periode yang sama, komoditas seperti bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak campur, menjadi komoditas impor yang dominan dengan peranan sebesar 5,63 persen dengan nilai USD 642,28 juta.
Kemudian untuk hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 4,09 persen dengan nilai USD 466,87 juta. Berikutnya adalah komoditas kondensat dengan kontribusi 3,47 persen dengan nilai sebesar USD 395,37 juta.
Sementara itu, selama Januari-Juli 2020 nilai impor non migas dari negara ASEAN sebesar USD 1,3 miliar. Sebagian besar dari Thailand dengan nilai USD 476,41 juta atau berkontribusi 4,96 persen. Sedangkan dari kawasan Uni Eropa sebesar USD 746,99 juta. Utamanya dari Jerman sebesar USD 264,79 juta dengan kontribusi2,76 persen.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim masih dominan dari Tiongkok dengan nilai impor USD 2,72 miliar atau dengan kontribusi 28,33 persen. Kemudian Amerika Serikat USD 793,74 juta atau dengan kontribusi 8,26 persen. Selanjutnya dari Thailand sebesar USD 476,41 juta atau dengan kontribusi sebesar 4,96 persen selama periode Januari hingga Juli 2020.