LIPUTAN JATIM

Harga Cabai di Pasar Induk Pare Kediri Terus Mengalami Penurunan

Liputanjatim.com – Harga cabai di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri, mengalami tren penurunan berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Rabu (5/2/2025).

Harga Cabai Rawit Merah (CRM) mengalami penurunan di berbagai varietas. CRM varietas Ori 212 turun Rp1.000 dari Rp51.000 menjadi Rp50.000 per kilogram, varietas Brengos 99 juga turun Rp1.000 menjadi Rp50.000 per kilogram, sedangkan varietas Asmoro 043 turun Rp2.000 menjadi Rp49.000 per kilogram.

Sementara itu, cabai lokal Kediri mengalami penurunan harga sebesar Rp3.000 menjadi Rp44.000 per kilogram, dan harga cabai Bhaskara tetap bertahan di Rp42.000 per kilogram.

Ketua APCI Kabupaten Kediri, Suyono, mengungkapkan bahwa penurunan harga ini terjadi meskipun pasokan CRM terus bertambah.

Penurunan harga juga terjadi pada Cabai Merah Besar (CMB). Harga varietas Gada MK turun Rp4.000 dari Rp47.000 menjadi Rp43.000 per kilogram, dan varietas Imola turun Rp4.000 dari Rp45.000 menjadi Rp41.000 per kilogram.

Untuk Cabai Merah Keriting (CMK), harga varietas Boos Tavi mengalami penurunan Rp5.000 dari Rp38.000 menjadi Rp33.000 per kilogram, sedangkan varietas Sibad turun Rp5.000 dari Rp36.000 menjadi Rp31.000 per kilogram.

Dari segi distribusi, pengiriman cabai ke wilayah Jabodetabek meliputi 3 ton cabai merah besar, 4 ton cabai merah keriting, dan 8 ton cabai rawit. Serapan industri meliputi 4 ton cabai merah besar, 1,5 ton cabai merah keriting, dan 7 ton cabai rawit. Namun, pengiriman ke Kalimantan tidak ada pada periode ini.

Dari sisi pasokan, CRM berasal dari Kediri dan Blitar dengan total 26 ton. Pasokan CMB berasal dari Kediri, Jombang, dan Jawa Tengah dengan total 10 ton, sementara pasokan CMK berasal dari Kediri, Nganjuk, dan Blitar dengan total 6,5 ton.

Turunnya harga cabai ini menjadi perhatian bagi para petani dan pedagang, terutama dalam menghadapi fluktuasi pasar yang terus berubah.

“Kami berharap pemerintah dapat membantu dalam stabilisasi harga agar para petani tidak mengalami kerugian besar akibat penurunan harga yang terus-menerus,” tambah Suyono.

Exit mobile version