Liputanjatim.com – Peran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia selalu dikenal dengan semangat kebangsaan dan kontribusinya dalam memperkuat nilai-nilai kebhinekaan. Namun, belakangan ini, langkah tak biasa dilakukan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam politik praktis, yang dianggap beberapa kalangan bertentangan dengan semangat politik kebangsaan yang selama ini dijunjung tinggi.
Beberapa pihak menilai bahwa PBNU, sebagai perpanjangan tangan NU dalam ranah politik, seharusnya lebih mengedepankan politik kebangsaan yang bersifat inklusif dan mengakomodasi keberagaman. Namun, beberapa keputusan dan tindakan belakangan ini menimbulkan keraguan terkait kesetiaan NU pada semangat tersebut.
Salah satunya adalah pemberhentian KH Marzuki Mustamar sebagai Ketua PWNU Jatim karena adanya perbedaan politik. Kondisi itu kemudian membuat langkah politis PBNU menciderai banyak pihak. Karena memilih untuk mengorbankan seorang kyai demi melanggengkan kekuasaan.
“PBNU telah Mempraktikkan politik murahan dan amatiran dengan mengorbankan kiai demi menjadi jongos kekuasaan dan rezim Jokowi,” kata Cicit Pendiri NU KH Bisri Syansuri, KH Abdussalam Shohib atau akrab disapa Gus Salam di sela-sela kegiatan Hormat Sang Guru di Cemara Ballroom Malang, Rabu (3/1/2024).
Ia juga menuturkan, pihaknya prihatin sekaligus menyesalkan atas pemberhentian KH Marzuki Mustamar sebagai pimpinan di PWNU Jatim. Selama ini, Kiai Marzuki merupakan sosok kiai yang salih dan membawa spirit ke-NU-an kepada masyarakat luas.
“Beliau (Kyai Marzuki, red) tidak perlu sedih, prihatin dan menyesal atas pemberhentian menjadi Ketua PWNU. Menurut saya dan banyak kiai, beliau lebih alim dan konsisten dalam perjuangan umat dibandingkan Rois Aam dan Ketum Umum PBNU yang telah memberhentikannya,” kata Gus Salam.
Pengasuh Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang itu melanjutkan, dengan realitas yang terjadi menunjukan kalau PBNU telah mempraktikkan politik murahan dan amatiran dengan mengorbankan kiai demi melanggengkan kekuasaan dan rezim yang ada. Bahkan, ada budaya yang hilang di tubuh PBNU saat ini dengan adanya pencopotan yang dialami oleh KH Marzuki Mustamar, yaitu budaya gegeran dan ger-geran. Gegeran memiliki arti keributan, sedangkan ger-geran berarti tertawa bersama. Istilah itu digunakan untuk menggambarkan konflik internal NU yang selalu berakhir dengan tertawa bersama.
Baginya, kehadiran seorang pemimpin yang berdedikasi dan penuh semangat dalam menjalankan tugasnya selalu meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Begitu pula dengan KH Marzuki Mustamar, seorang ulama yang dikenal dengan kelembutan hati dan kepemimpinan yang bijaksana, ketika memimpin Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Dalam kepemimpinannya, KH Marzuki Mustamar tidak hanya menekankan pada aspek keagamaan semata, melainkan juga memberikan perhatian serius terhadap sektor pendidikan. Ia berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren-pesantren dan madrasah di Jawa Timur. Langkah-langkah konkrit seperti pengembangan kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman serta peningkatan fasilitas pendidikan menjadi bukti nyata dari dedikasinya.
Sang Guru juga dikenal sebagai pemimpin yang selalu terbuka untuk mendengarkan aspirasi dan masukan dari seluruh lapisan masyarakat. Dialog yang intens antara PWNU Jatim dengan berbagai elemen masyarakat, baik lintas agama maupun suku, menciptakan harmoni dan kerukunan di tengah-tengah keberagaman.
Prestasi lain yang tidak bisa diabaikan adalah kepeduliannya terhadap kesejahteraan masyarakat. Melalui berbagai program sosial, seperti bantuan untuk kaum dhuafa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, KH Marzuki Mustamar berhasil memberikan dampak positif yang signifikan.
“Tidak hanya itu, sang guru juga giat dalam memperkuat tali silaturahim antar-organisasi keagamaan. Kolaborasi yang baik dengan berbagai lembaga Islam dan organisasi lintas agama membawa dampak positif dalam membangun kerukunan dan toleransi di Jawa Timur,” jelasnya.
Meski telah melepaskan tanggung jawab sebagai pimpinan PWNU Jatim, jejak baik KH Marzuki Mustamar terus memberi inspirasi dan motivasi bagi para pemimpin yang datang setelahnya. Semangatnya dalam membangun masyarakat yang berkeadilan, berdaya, dan religius tetap menjadi panutan bagi semua kalangan.