BANYUWANGI, Liputanjatim.com – Pasangan calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan calon Wakil Gubernur Jatim Abdullah Azwar Anas akan memaksimalkan infrastruktur transportasi udara sebagai salah satu program unggulan untuk membangun Jawa Timur.
Anas mengaku punya jurus tersendiri dalam mengembangkan infrastruktur transportasi udara karena punya pengalaman terukur saat berjibaku menggarap Bandara Banyuwangi. Bandara Banyuwangi sendiri mulai beroperasi 2010 di era Anas menjabat.
Dari sebelumnya tak ada penerbangan, saat ini dalam sehari ada enam frekuensi penerbangan ke Banyuwangi, yaitu tiga kali dari Surabaya dan tiga kali dari Jakarta. Jumlah penumpang terus melonjak 1.339 persen dari 7.826 orang pada 2011 menjadi 112.661 orang pada 2016, dan diprediksi tembus 250.000 orang pada 2018 seiring rencana penambahan frekuensi dan pembukaan rute internasional.
“Jadi ini sudah ada sesuatu yang terukur, kami sudah ada praktiknya dan kelihatan hasilnya di Banyuwangi,” ujar Anas.
Anas menyebut, transportasi udara berperan penting mengakselerasi ekonomi lokal.
“Soal dampak transportasi udara ini, input-output-nya jelas. Jadi tinggal atur konsep pengembangannya secara terarah, lalu pemda mendukung penuh,” ujar Anas.
Anas mencatat sejumlah hal penting soal transportasi udara di Jatim. Pertama, pengembangan Bandara Juanda sebagai jantung utama transportasi udara di Jatim dengan prioritas pada pembangunan landas pacu kedua.
“Harus segera ada runway kedua sesuai rencana, karena kalau begini terus susah bergerak arus pesawatnya. Juanda ini termasuk yang terbesar di Indonesia, tapi disparitasnya dengan Jakarta terlalu besar, yang kemudian berdampak ke banyak hal, seperti investasi, MICE dan sebagainya yang kalah jauh dari Jakarta,” ujar Anas.
Seiring dengan infrastruktur runway di Juanda, harus disiapkan berbagai penunjang dan turunan ekonominya dengan pengaturan tata ruang yang lebih sistemik. Misalnya penyiapan kota baru dan infrastruktur MICE (meeting, incentives, convention, exhibition) yang lebih lengkap berkolaborasi dengan swasta.
“Potensi MICE dahsyat. Setahun 450.000 orang mengikuti MICE di Indonesia, transaksi nya Rp 25 triliun. Serapan terbesar masih Jakarta dan Bali. Ada 300.000 lebih pekerjaan dari sektor penunjangnya. Jatim harus ambil positioning sebagai destinasi MICE dengan ditopang infrastruktur bandara yang kian kuat,” ujarnya.
Hal kedua yang jadi perhatian adalah potensi membuka terminal khusus pesawat berbiaya rendah (low cost carrier) di Juanda, karena salah satu penggerak pariwisata terbesar di dunia adalah pesawat berbiaya murah.
“Ketemu dengan bos AirAsia, Lion Air, misalnya, kita kerja bareng. Targetnya boyong turis sebanyak-banyaknya dari Asia Tenggara karena kedekatan kultur, dari Tiongkok dan India yang sekarang jumlah wisatawannya gila-gilaan. Juga Jepang dan Australia,” kata Anas.
Dengan penggerak itu, Anas yakin jumlah wisman Jatim terdongkrak. “Strategi melibatkan pesawat berbiaya rendah ini bisa mengerek jumlah wisman ke Jatim yang sekitar 618.000 per tahun menjadi 1 juta wisman dalam dua tahun. Ini sekaligus mendukung program Presiden Jokowi yang menjadikan wisata sebagai andalan meraup devisa,” kata Anas yang mengantarkan Banyuwangi menjadi juara dunia kebijakan publik pariwisata dari Badan Pariwisata PBB.
Hal ketiga yang mendapat perhatian adalah peningkatan infrastruktur bandara di Malang, Sumenep, Jember, Banyuwangi, dan yang akan dibangun di Kediri.