Gus Imin Diantara Titik Kumpul Rebellious dan Pendar Budaya Santri

Gus Imin menjadi sosok yang begitu dekat dengan kelompok milenial dan genarasi Alpha. Gagasannya mampu diterjemahkan genarasi muda dalam perubahan Indonesia.

SURABAYA – Gus Muhaimin Iskandar memahami betul bagaimana memaksimalkan ilmu mendengar dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kilatan olah pikir, cicit pendiri NU KH Bisri Syansuri ini mampu membaca arah Generasi rebellious, istilah yang disematkan pada anak-anak muda, terutama generasi millennial dalam menembus kehidupan. 

Para millenial rebel ini cenderung memberontak dan berapi-api menyalakan perubahan cepat atau karib disebut revolusi, termasuk dalam pilihan politik yang diramal bakal melakukan banyak perubahan di abad 21. Semakin ke sini, rebellious tak hanya didominasi milenial,  anak-anak muda yang berkesempatan memilih di ruang demokrasi juga dihuni Generasi Zoomer (Gen-Z).

Untuk menjinakan rebellious tak harus ada tokoh muda yang seusia mereka, namun tokoh yang mampu beradaptasi serta memahami betul pola pikir mereka dalam dinamika yang berbeda di ruang teknologi, komunikasi serta eksekusi program yang bisa melibatkan mereka.

Hendriawan, 22, dan Ardian Zein, 23, duduk membeku di sebuah cafe modern yang ada di jantung Kota Pahlawan. Mereka berdua tidak hanya sekadar untuk menikmati secangkir kopi, tetapi juga melontarkan obrolan untuk sebuah diskusi serius tentang politik dan masa depan Indonesia. Selintas obrolannya terlalu berat, tapi mereka memiliki celoteh yang menegaskan mereka tidak buta politik. 

Hendriawan, pemuda yang memiliki rambut gondrong dan berkacamata coba membagi pikirannya tentang berbagai isu politik terkini. Mereka sepakat bahwa penting bagi anak muda untuk terlibat aktif dalam dunia politik dan memberikan kontribusi positif bagi bangsa.

“Politik bukan lagi urusan orang tua atau kalangan tertentu. Semuanya ikut berkontribusi dalam membentuk arah bangsa ini,” katanya, Sabtu (27/1/2024).

Ardian terus mencermati, sesekali kepalanya menganguk. Melihat beberapa potongan video Gus Imin yang dibukanya melalui ponsel pintar. Di video itu terlihat Gus Imin menjelaskan tentang bagaimana nanti petani milenial akan memegang kunci masa depan. “Saya mau lah kalau jadi petani milenial seperti ini,” katanya singkat.

Keduanya meyakini bahwa dengan meningkatnya pemahaman politik di kalangan anak muda, Indonesia dapat memiliki pemimpin-pemimpin masa depan yang cerdas dan berkomitmen. “Kami tidak buta politik. Sebaliknya, kami ingin menciptakan ruang diskusi yang terbuka dan memahami berbagai sudut pandang untuk mencari solusi terbaik,” ungkapnya.

Cafe yang mereka pilih bukan hanya tempat berkumpul, tetapi menjadi ruang inspiratif di mana ide-ide segar mengalir. Mereka berharap bahwa melalui dialog dan keterlibatan aktif dalam politik, anak muda dapat menjadi kekuatan positif yang mendorong perubahan menuju masyarakat yang lebih baik.

Kisah Hendriawan dan Ardian menunjukkan bahwa semangat anak muda Indonesia dalam berpikir kritis tentang politik tidak bisa diabaikan. Dengan antusiasme mereka, tampaknya estafet kepemimpinan Indonesia berada di tangan yang tepat untuk masa depan yang penuh harapan.

Di tengah arus perubahan yang cepat, Gus Imin, seorang ulama muda yang dikenal dengan pemikiran progresif, berhasil menarik perhatian generasi rebellious, terutama milenial dan Gen Z. Dengan pola pikir yang lincah dan cepat, Gus Imin telah menciptakan berbagai inovasi untuk membawa harmoni antara tradisi dan perkembangan teknologi.

Salah satu langkah inovatif Gus Imin adalah melalui program petani milenial. Pemahamannya terhadap cara berpikir generasi muda membuatnya menciptakan model pertanian yang lebih modern dan efisien. Gus Imin menggabungkan tradisi pertanian dengan teknologi modern, memberikan pelatihan kepada para petani muda tentang metode pertanian terkini, penggunaan alat berteknologi tinggi, dan pemasaran hasil secara daring.

Gus Imin juga memberikan perhatian khusus terhadap pekerja muda. Melihat semangat kreativitas dan semangat wirausaha di kalangan generasi milenial dan Gen Z, ia menginisiasi program pelatihan untuk membekali mereka dengan keterampilan yang relevan dengan era digital. Gus Imin memahami bahwa untuk menciptakan dampak positif, perlu ada adaptasi kehidupan di ruang teknologi.

Adaptasi kehidupan di ruang teknologi tidak hanya melibatkan aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan keagamaan. Gus Imin menggunakan media sosial dan platform daring untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang relevan dan bersahaja. Ia menyadari bahwa untuk menjangkau generasi rebellious, perlu memberikan ruang untuk mereka bersuara dan berpartisipasi aktif dalam transformasi positif.

Tidak hanya itu, Gus Imin juga mengajarkan toleransi dan saling pengertian antar-generasi. Ia berupaya menciptakan ruang dialog yang terbuka antara generasi tua dan generasi muda untuk memahami perbedaan pandangan dan nilai. Pendekatan ini membantu mengurangi kesenjangan generasi dan membangun solidaritas di antara mereka.

Gus Imin memberikan inspirasi bagi banyak orang dengan pendekatannya yang inklusif terhadap perubahan dan teknologi. Dalam pandangannya, harmoni antara tradisi dan inovasi merupakan kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan pemahaman yang mendalam terhadap cara berpikir generasi rebellious, Gus Imin membawa semangat positif dan harapan bagi masa depan yang cerah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here