Liputanjatim.com – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur Abdul Halim Iskandar berharap agar PKB terus menjadi penyambung lidah atas kepentingan seluruh umat sebagaimana misi para pionir Nahdlatul Ulama.
Menurutnya, hal itu sangat relevan, mengingat PKB merupakan Partai yang lahir dan dibesarkan dari rahim organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang tetap kokoh dan eksis hingga saat ini.
“Jadi, prinsipnya sekarang adalah bagaimana kemudian PKB yang baru 25 Tahun ini, khidmat sebagaimana khidmat NU kepada umat,” ungkap Pria yang akrab disapa Gus Halim itu dalam Kirab Kebangsaan DPW PKB Jawa Timur yang diikuti oleh ratusan Kader dan ribuan simpatisan, di Sidoarjo, Senin (6/2/2023).
Menurut Gus Halim, sebagai partai yang memiliki segudang kesamaan secara historis, cita-cita, maupun kultural, merupakan keniscayaan PKB memperjuangkan segenap kepentingan rakyat.
Selain itu, Gus Halim melanjutkan, agar PKB mampu mengakomodasi seluruh potensi kaum nahdliyin yang ingin berkontribusi lebih pada kemajuan bangsa dan manusia secara menyeluruh.
“Sekarang waktunya PKB bergerak semaksimal mungkin melayani warga NU dan seluruh warga umat manusia, baik di Indonesia maupun secara global di seluruh dunia,” ujar Doctor Honoris Causa UNY itu.
Gus Halim menuturkan, garis perjuangan NU dan PKB secara normatif dapat didefinisikan sebagai pedoman berpikir, bersikap, dan berperilaku bagi warga NU yang berkhidmat di segala aspek melalui jalan politik bersama PKB.
Gus Halim juga mengakui, PKB sejauh ini telah mampu menjadi gerbong politik warga NU hingga kebermanfatannya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kesamaan cita-cita dan tujuan itu, imbuh Gus Halim, menguatkan dedikasi para Kader PKB untuk menjalankan tugasnya sebagaimana yang termaktub dalam khittah NU.
“Jadi PKB bagian dari NU tentu tugas-tugasnya melalui jalur politik melaksanakan tugas-tugas jamiyah Nahdlatul Ulama,” tutur Mantan Ketua DPRD Jawa Timur itu.
Di samping itu, Gus Halim mengingatkan di tengah simpang siur klaim kedekatan Parpol tertentu pada NU, bahwa lahirnya PKB dari NU merupakan torehan fakta sejarah yang tak terbantahkan oleh pihak manapun.
Hal itu dibuktikan secara legal dan formal bahwa PKB lahir bahkan saat itu Gus Dur tengah menjabat sebagai Ketua PBNU dan KH. Ilyas Ruhiyat menjadi Rais Aam.
“Tidak usah ada penegasan, kita tidak usah berdiskusi tentang PKB anak kandung NU, karena itu sudah historisnya. Karena kalau kita tidak melihat itu berarti kita ahistoris,” tegas Mantan Ketua DPRD Kabupaten Jombang itu.
“Semua dokumen ada, dan surat-surat resmi PBNU ada, ditanda tangani KH. Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU, dan KH. Ilyas Ruhiyat sebagai Rais Aam,” pungkasnya.