Gus Halim Ajak Lulusan Stainu Madiun Hadapi Society 5.0 Berbasis Epistemologi NU

Liputanjatim.com – Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Prof. (H.C.) Dr. (H.C.) Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd., menyerukan pentingnya generasi muda NU untuk memimpin transformasi menuju era Society 5.0, dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai epistemologi Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam orasinya, Abdul Halim Iskandar yang akrab disapa Gus Halim menekankan pentingnya transformasi yang tidak sekadar pragmatis, melainkan berbasis idealitas sebagai bangsa. Ia mengingatkan bagaimana para kiai NU dahulu mendirikan organisasi ini sebagai respons terhadap tantangan zaman, sehingga NU tetap relevan dalam dinamika global.

“Masa depan NU bergantung pada generasi yang lahir setelah para Muassis NU. Jangan biarkan NU terseok dalam pragmatisme. Kampus NU harus kembali kepada khittah intelektual NU yang berbasis idealisme kiai dan pesantren,” ujarnya dengan nada tegas.

Lebih lanjut dalam orasinya, Gus Halim menyampaikan bahwa Indonesia, khususnya keluarga besar Nahdliyin, sedang dihadapkan pada perubahan dunia yang semakin cepat. Setelah menghadapi era revolusi industri 4.0 dan situasi VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous), kini dinamika global memasuki era BANI (brittle, anxious, nonlinear, incomprehensible).

“Ketidakpastian yang semakin kompleks ini datang bersamaan dengan dimulainya era Society 5.0, yang mengedepankan masyarakat super-cerdas dengan pemanfaatan teknologi untuk inklusivitas, keberlanjutan, dan peningkatan kualitas hidup,” jelas Gus Halim, Sabtu (21/12/2024).

Gus Halim menambahkan bahwa transformasi menuju Society 5.0 membutuhkan kesiapan semua pihak, terutama dalam menyikapi dampak besar teknologi digital. Jika revolusi 4.0 berfokus pada transformasi industri dan penggunaan teknologi untuk efisiensi, Society 5.0 lebih menitikberatkan pada manfaat teknologi bagi kualitas hidup manusia secara keseluruhan.

“Bagi yang lambat beradaptasi, dampaknya akan terasa berat, seperti meningkatnya pengangguran karena berkurangnya peran tenaga manusia. Namun, Society 5.0 membuka peluang besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih manusiawi dan berdaya saing global,” katanya.

Dalam konteks ini, lulusan kampus NU seperti STAINU, menurut Gus Halim, memiliki peran penting sebagai agen transformasi masyarakat menuju era Society 5.0.

“Tanggung jawab kita adalah menyiapkan generasi yang tangguh menghadapi ketidakpastian dunia,” ujarnya.

Ia berharap lulusan kampus NU mampu mencerminkan karakter kader NU sejati, yang menjalankan fungsi kekhalifahan di tengah masyarakat dengan tetap berpegang pada epistemologi NU. Hal ini, menurutnya, menjadi pembeda yang menjaga relevansi lulusan NU di tengah tantangan global.

“Relevansi alumnus NU terletak pada kebermanfaatannya bagi lingkungan, bangsa, dan negara, khususnya bagi Jam’iyyah dan Jamaah, dalam menghadapi tantangan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai NU,” tegasnya.

Orasi ilmiah tersebut menjadi pembuka seremonial wisuda STAINU Ke-VIII, yang bertempat di Graha Dewanto Lanud Iswahjudi, Madiun.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Halim juga menyampaikan apresiasi kepada civitas akademika STAINU Madiun yang telah bekerja keras meningkatkan kualitas sumber daya manusia NU. Ia berpesan kepada para wisudawan untuk terus mengamalkan ilmu yang didapat demi kemaslahatan umat.

“Selamat dan sukses kepada wisudawan STAINU. Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat luas bagi masyarakat. Berkhidmatlah untuk NU dan Indonesia,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here