Liputanjatim.com – Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyebut ada lima peran mahasiswa dalam mewujudkan society 5.0.
Salah satunya adalah upaya untuk mewujudkan masyarakat yang mampu berdampingan dengan teknologi untuk kesejahteraan bersama.
Menteri yang akrab disapa Gus Halim ini memaparkan hal tersebut saat memberi materi dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Selasa (8/8/2023).
Gus Halim memaparkan, society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat super cerdas yang mampu memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan dan mencari permasalahan sosial.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan inklusivitas, dan menghapus kemiskinan.
Menurut Gus Halim, mahasiswa masa kini dihadapkan pada tantangan besar. Baik revolusi Industri 4.0 dan revolusi society 5.0.
Dalam revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat massif hingga menimbulkan berbagai disrupsi yang mempengaruhi perubahan tatanan sosial masyarakat.
Disrupsi teknologi dan informasi, membuat masuknya pengaruh paham asing, seperti radikalisme, ekstremisme, fasisme, liberalisme, dan paham-paham lain yang bertentangan dengan Pancasila.
Selain itu, juga dihadapkan pada maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan online bullying.
“Tugas kedua kita adalah bagaimana di dalam revolusi industri 4.0 ini betul-betul bisa mengawal dan membangun literasi digital yang bagus supaya menangkal hoaks. Apalagi tahun politik. Oleh karena itulah, dibutuhkan kecerdasan, bahkan super cerdas dari kita semua, khususnya mahasiswa untuk menghalau dampak negatif yang ditimbulkan dari disrupsi ini,” ujarnya.
Mahasiswa masa kini, lanjut Gus Halim, harus berperan aktif menghalau paham-paham asing dan ujaran kebencian yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan dan persatuan nasional.
“Mahasiswa adalah pencetus awal narasi kebangsaan dan persatuan nasional, maka mahasiswalah yang harus menjaga dan merawatnya. Itulah peran politik kebangsaan mahasiswa. Sehingga mahasiswa masa kini tidak dapat melepaskan peran politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Gus Halim menambahkan bahwa peran politik mahasiswa tidak dipandang sebagai politik prosedural semata. Pasalnya, peran mahasiswa tidak cukup hanya berpartisipasi dalam Pemilu.
Namun dibutuhkan peran lebih dalam lagi, yaitu peran politik super cerdas.
Dalam hal ini, peran politik super cerdas bagi mahasiswa adalah berpartisipasi memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi-inovasi yang berguna, bagi pembangunan manusia berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
“Inilah tujuan untuk mewujudkan masyarakat super cerdas atau yang disebut dengan society 5.0. Peran mahasiswa adalah berkontribusi aktif mewujudkan masyarakat society 5.0 di Indonesia atau sebuah masyarakat yang mampu hidup berdampingan dengan teknologi yang sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama,” kata Gus Halim yang juga Ketua Dewan Pertimbangan UNY ini.
Lebih lanjut, Gus Halim menyampaikan bahwa terdapat lima peran mahasiswa dalam politik untuk mewujudkan society 5.0.
Pertama, mahasiswa sebagai agen perubahan melalui inovasi-inovasi kreatif yang harus mampu membawa perubahan dan memecahkan persoalan yang ada di masyarakat.
Kedua, mahasiswa sebagai kontrol sosial yang diharapkan memiliki kepekaan sosial untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan masyarakat Indonesia.
Ketiga, mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan yang harus dibentuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan untuk melajutkan estafet kepemimpinan politik di Indonesia.
Keempat, mahasiswa sebagai pengawas atau pengontrol politik yang harus memiliki daya pikir analitis dan kritis. Hal itu untuk mengawasi kebijakan pemerintah yang diharapkan memiliki peran aktif untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah melalui inovasi-inovasi baru untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan.
Kelima, mahasiswa sebagai penjaga nilai yang diharapkan berperan aktif untuk menjaga nilai-nilai persatuan nasional dan menggaungkan narasi-narasi kebangsaan.
“Kelima peran tersebut, dapat dilakukan secara optimal dengan memanfaatkan perkembangan teknologi secara bijak, demi tercapainya masyarakat super cerdas, society 5.0,” urainya.
Usai memberikan materi, Gus Halim yang ditemani istrinya, Lilik Umi Nashriyah yang keduanya sama-sama alumni UNY ini memberikan bonus kepada sejumlah mahasiswa baru.
Apresiasi ini disambut gembira para mahasiswa. Bonus berupa dana pembelian buku yang diberikan untuk mahasiswa yang bisa menjelaskan pertanyaan Gus Halim dan mahasiswa yang hafal Al-Qur’an 30 juz.
Gus Halim dalam event ini didampingi Rektor UNY Sumaryanto dan pimpinan UNY lainnya dan jajarannya serta para tenaga pendidik UNY.