Liputanjatim.com – Wilayah Tuban dilanda gempa yang cukup kuat, menandai peristiwa pertama kali dalam sejarah modern kota tersebut. Profesor Amin Widodo, seorang pakar geologi dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), mengungkapkan bahwa gempa ini mengguncang kawasan tersebut dengan intensitas yang signifikan.
Menurut Prof. Amin, terakhir kali Tuban mengalami gempa besar sekitar tahun 1960-an, yang disebabkan oleh gempa dalam di kedalaman 300 kilometer. Namun, dia menegaskan bahwa kemungkinan terjadinya gempa di wilayah tersebut tidak dapat diabaikan, mengingat adanya sesar aktif yang kini menjadi fokus perhatian.
“Itu namanya gempa kerak dangkal jadi sering dikenal sesar aktif kedalaman di bawah 70 Km. Namanya sesar aktif artinya ada pergeseran aktif yang menimbulkan gempa,” kata Amin di Surabaya, Sabtu (23/3/2024).
Profesor dari ITS tersebut menekankan pentingnya respons serius dari pemerintah provinsi maupun daerah terhadap situasi ini. Ia juga menyarankan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi tanah dan bangunan, mengingat Jawa Timur memiliki sejumlah besar sesar yang melintasi berbagai kota seperti Surabaya, Probolinggo, dan Madiun.
“Jadi ini penting untuk semua di Jatim menyiagakan diri karena gempa tadi terasa di mana-mana. Apalagi sesar aktif ada banyak melewati Kota Surabaya, Probolinggo, Madiun dan lainnya kalau aktif juga bisa berbahaya,” ujarnya.
Pernyataan Prof. Amin ini menjadi panggilan bagi pemerintah dan masyarakat Jawa Timur untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Langkah-langkah preventif dan antisipatif harus segera diambil guna mengurangi dampak buruk dari gempa-gempa di masa mendatang.
“Artinya pemerintah harus melakukan assessment tanah, maupun bangunannya apakah mungkin gempa 6 skala richter akan baik-baik saja atau hancur lebur. Orang juga harus disiapkan bahwa kita di daerah gempa, tidak usah terkejut, harus segera lari keluar kalau ada gempa,” pungkasnya.