Liputanjatim.com – Tidak adanya transparansi kebijakan tabungan wajib di sekolah, ratusan siswa SMKN 1 Trowulan, Kabupaten Mojokerto memilih untuk berunjuk rasa daripada mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang dimulai hari ini.
Ratusan siswa gabungan kelas X, XI, dan XII itu berorasi di halaman SMKN 1 Trowulan, Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan.
Koordinator unjuk rasa, Rizki Wijayanto menjelaskan bahwa aksi ini untuk memprotes adanya pungutan berkedok tabungan wajib siswa. Meski SPP dihapus, setiap siswa masih saja diminta membayar tabungan wajib antara Rp 75.000 sampai Rp 145.000 per bulan.
“Kami minta klarifikasi sebenarnya tabungan wajib itu dibuat apa. Kami minta Kepala Sekolah transparan seperti Kepala Sekolah yang dulu,” kata Rizky kepada wartawan di lokasi, Senin (2/12/2019).
Selain itu, menurut Rizky, tabungan wajib ini bersifat mengikat. Sehingga setiap siswa diharuskan melunasi tabungan wajib hingga Desember 2019. Jika tidak sanggup melunasi, konsekuensinya adalah tidak diberi kartu tanda peserta UAS.
“Ada siswa yang dikeluarkan (tidak boleh ikut ujian) karena belum punya kartu ujian karena belum lunas tabungan wajib. Dulu tidak pernah ada siswa yang dikeluarkan. Tabungan wajib ini menurut kami menabung, kenapa dipaksa? Di sisi lain kami minta transparan penggunaannya,” tambahnya.
Menurut Rizky, tabungan wajib juga memberatkan para siswa dari keluarga tidak mampu. Karena tidak ada bantuan dari pemerintah untuk siswa miskin yang tidak mampu bayar tanggungan wajib.
“Harapan kami Kepala Sekolah harus keluar. Jika tidak, kami minta klarifikasi. Kalau orangnya tidak memberi klarifikasi, besok kami akan melakukan aksi seperti ini,” tegasnya.
Siswa lain juga mengeluhkan dengan adanya tabungan wajib tersebut. Salah satunya Amelia Faradila, siswi kelas XII jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) SMKN 1 Trowulan. Setiap bulan dirinya diwajibkan oleh sekolah untuk membayar Rp 145.000 untuk tabungan wajib.
Untuk itu, dirinya mempertanyakan masalah penggunaan tabungan wajib tersebut. Karena sampai bulan ini, setiap siswa sudah membayar 5 kali ke sekolah.
“Penggunaan tabungan wajib ini tidak dijelaskan. Saat kami tanya juga tidak ada penjelasan. Katanya untuk study tour. Tapi kami ke Bali malah bayar sendiri,” tandasnya.