Liputanjatim.com – Kunjungan Anies Baswedan ke Surabaya Jawa Timur selama tiga hari mendapat cibiran dari Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Hasto menganggap kedatang Anies ke Surabaya sepi peminat. “Ya safarinya (Anies Baswedan) sepi,” kata Hasto saat menghadiri acara rakornis PDIP Jawa Timur, di Surabaya, Minggu 19 Maret 2023.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua DPW NasDem Jatim Vincensius Awey mengaku tidak heran dengan komentar Hasto. Pasalnya buka kali ini saja Hasto berkomentar seperti itu, ia mencatat sudah beberapa kali Hasto suka nyinyir.
“Tidak sekali beliau nyinyir, ada tercatat beberapa kali beliau menyindir. Ya sudahlah itu memang merupakan tabiatnya. Biarlah masyarakat yang menilai,” kata Awey saat dikonfirmasi, Minggu 19 Maret 2023.
Awey mengaku sudah paham dengan perilaku Hasto yang dianggapnya mempunyai kebiasaan jelek dengan nyinyir ke orang lain. Bahkan jika tidak nyinyir, ia katakan bukan Hasto namanya.
“Kami tidak heran kalau beliau senangnya menyindir aktivitasnya partai lain, bacapresnya partai lain. Justru kami heran dan terkejut apabila suatu ketika beliau tidak menyindir lagi, ha ha ha,” kelakarnya.
Awey menuturkan, perkara sindiran Hasto kepada safari Anies tidak perlu ditanggapi dengan serius. Sebab, ia tetap memegang filosofi pepatah klasik, “anjing menggonggong kafilah berlalu”.
Oleh karenanya, ia berharap masyarakat dapat berfikir jauh dewasa kedepannya, apalagi saat ini sudah memasuki gelanggang politik 2024. Perbedaan dalam menentukan pilihan dalam negara demokrasi menurutnya adalah suatu keniscayaan.
“Dalam alam demokrasi, pro dan kontra itu hal yang sangat biasa. Akan tetapi yang perlu kita sadari bersama adalah seiring perjalanan waktu, masyarakat kita juga harus lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan pilihan. Yang penting adalah siapapun nantinya yang diusung dan yang dipilih, biarlah mereka berkontestasi secara baik dalam alam demokrasi ini,” katanya.
Lebih lanjut, ia berharap siapapun nantinya yang terpilih menjadi pemimpin Indonesia dapat menjadi pengayom tanpa membedakan bulu, apalagi membedakan pihak yang pro dan kontra. Apalagi membuat suatu tindakan yang mengakibatkan polatisasi yang dapat memecahkan kerukunan dalam berbangsa dan bernegara.
“Siapapun mereka nantinya yang terpilih harus mampu mengayomi semua warganya baik yang suka maupun yang tidak suka, baik yang pro maupun yang kontra serta harus bisa memberikan perhatian penuh kepada seluruh masyarakat Indonesia dan tidak diskriminatif,” ujarnya.