Liputanjatim.com – Hasil Pilkada serentak 2018 lalu telah melahirkan pemimpin berlatar perempuan di Jawa Timur yang menjabat kepala daerah tingkat II Kabupaten/Kota. Tidak hanya itu saja, stigma ‘The Power of Emak-emak’ menjadi ungkapan yang populer di tengah iklim baru tersebut.
Terdobraknya budaya patriarki di alam politik membuat Hadi Fatkhur Rohman optimis dengan keterwakilan perempuan di eksekutif.
“Perempuan memimpin, mengapa tidak,” kata Hadi, Ketua DKC Garda Bangsa Kabupaten Mojokerto saat diwawancarai tentang pemimpin perempuan untuk Kabupaten Mojokerto, Kamis (14/11/2019.
Mengingat perhelatan pemilihan umum Bupati Mojokerto akan diselenggarakan pada tahun 2020, tahun depan. Iklim politik di Mojokerto juga sudah memanas, seiring beberapa partai politik juga sudah memanasi mesin politiknya.
Ada beberapa nama yang sudah mengambil ancang-ancang untuk memulai pergerakan pengoraginisiran suara. Juga ada yang sudah mendaftarkan diri ke partai politik, untuk menjadi calon yang direkomendasikan partai.
Sayangnya dari beberapa nama yang muncul termasuk incumbent, belum ada unsur perempuan yang tampil.
Oleh sebab itu menurut Mas Hadi, Kabupaten Mojokerto mestinya juga membuka peluang nama-nama pemimpin perempuan tampil ke muka.
“Di Kabupaten, ada beberapa nama tokoh perempuan yang berpengaruh di masyarakat, lebih-lebih di tanah Majapahit ini beberapa partai politiknya juga diketuai seorang perempuan,” jelasnya.
Mas Hadi yang juga anggota dewan Kabupaten Mojokerto tersebut, merasakan nuansa politik Jawa Timur yang sangat terbuka terhadap perempuan untuk memimpin, adalah kesempatan untuk membuktikan kepada dunia bahwa di Jawa Timur tidak ada lagi istilah diskriminasi kaum perempuan.
“Kabupaten Mojokerto mestinya harus melengkapi suara ‘The Power of Emak-emak’ yang disandang Jawa Timur,” tegasnya.
Ditanya tentang apakah Mas Hadi hanya sekedar ikut tren kepemimpinan ‘Emak-emak’ di Jawa Timur. Menurutnya hal itu terlalu ringan dan sangat tidak mendasar, bahwa kebutuhan pemimpin perempuan adalah kebutuhan tentang sosok keibuan yang multidinamis dalam dirinya.
“Tantangan ke depan sangat kompleks, tidak hanya satu dua tentang pembangunan fisik yang nampak, tapi juga moral, karakter, akhlak masyarakat kita, dan hal itu semua dalam bingkai pembangunan sumber daya manusia,” ungkapnya.
Ia pun menjelaskan dengan pernyataan bahwa seorang bapak tidak bisa menjadi ibu, tapi seorang ibu bisa menjelma menjadi seorang bapak sekaligus.
Tak tanggung-tanggung ia pun menyebut nama langsung istri Mustofa Kamal Pasha sebagai pemimpin yang pas untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat di Kabupaten Mojokerto.
“Bu Ikfina Musthofa Kamal Pasha orangnya,” pungkasnya.