DPRD Surabaya Nilai Jembatan Bambu Mangrove Sia-sia

Liputanjatim.com – Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Imam Syafi’i anggap jembatan Bambu Mangrove yang terletak di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, sia-sia belaka.

Jempatan setinggi 12 meter itu terletak di Ekowisata Mangrove tersebut saat ini kondisinya mangkrak dan terbengkalai. Padahal jembatan sepanjang 600 meter itu dibangun menggunakan APBD Surabaya, dengan nilai fantastis 1,6 Milyar.

“Sangat sia-sia, jembatan itu dulu dibangun dengan APBD yang sangat besar. Uang dari APBD yang dipakai mesti dipertanggungjawabkan. Jadi, kalau sekarang kondisinya rusak dan mangkrak maka harus diusut sampai tuntas. Jika kemudian ada indikasi spek yang diminta (pemkot kepada kontraktor) tidak sesuai, itu pelanggaran. Inspektorat maupun aparat penegak hukum harus turun,” tegasnya, Selasa (16/11/2021).

Menindak lanjuti hal itu, Imam meminta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian yang menginisisai pembangunan proyek Jembatan Bambu tersebut untuk membeberkan nama pemenang proyeknya.

“DKPP harus mengumumkan siapa kontraktornya. Sembari menunggu proses pengusutan, seluruh proyek yang dikerjakan oleh kontraktor tersebut harus dipending. Karena ini kan sudah ada kejadian, jangan sampai uang negara yang dipakai mengalami nasib yang serupa,” desak politisi dari Partai NasDem ini.

Tidak hanya itu, politisi Nasdem ini menilai, bahwa Pemkot Surabaya kurang serius dalam mengawasi pengerjaan proyek Jembatan Bambu itu. Sehingga saat ini, proyek yang dibangun sejak 2018 ini mangkrak. Ia mengatakan, pembangunan itupun tidak melalui sebuah kajian serius.

“Jadi tidak hanya jembatan bambu saja, contohnya Sentra Ikan Bulak di kawasan Kenjeran dibangun tapi sepi. Terminal Kedung Cowek juga bernasib sama. Begitu pun Jembatan Suroboyo dengan air mancur menarinya, kok sekarang air mancurnya diem terus jembatannya lebih sering ditutup, itu jembatan fungsinya untuk apa,” tandasnya.

Ia mengingatkan, dalam sebuah pembangunan, khususnya dalam membangun tata ruang kota harus melalui kajian yang jeli, berdasarkan asas kemanfaatan tidak hanya mengedepankan keinginan pribadi.

“Dalam membangun apapun, termasuk tempat wisata itu jangan berdasarkan keinginan pribadi tetapi harus sesuai kebutuhan. Sebelum melakukan itu juga harus diawali dengan sebuah kajian. Sehingga tak sampai sia-sia. Karenanya jembatan bambu tersebut harus diusut sampai tuntas jangan dibiarkan seperti itu nasibnya,” imbuhnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here