LIPUTAN JATIM

Dirty Vote, Gambaran Kecurangan Pilpres yang Nyata dan Membuat Sesak Nafas

Liputanjatim.com – Film dokumenter ‘Dirty Vote’ yang resmi dirilis pada Minggu, 11 Februari 2024 menjadi perbincangan hangat di kalangan politisi dan masyarakat Indonesia. Gambaran nyata bagaimana narasi kecurangan dibangun yang membuat warga Indonesia menghela nafas panjang.

Berbagai platform media sosial film berdurasi 1 jam 57 menit 21 detik ini menjadi tranding topik dan pembahasan yang dalam. Karena didalamnya memuat pemaparan tiga pakar hukum tata negara, diantaranya Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin Mochtar. Mereka menjelaskan bagaimana praktik kecurangan pilpres 2024 dilakukan oleh penguasa.

Perilaku tim sukses ketiga pasangan calon (Paslon) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD semua dikupas di dalamnya.

Namun pukulan telak dalam penjelasan film tersebut lebih dominan ke pasangan Prabowo-Gibran. Bagaimana sosok Presiden Joko Widodo yang sejak awal mendesain karpet merah demi melanggengkan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka untuk maju di Pilpres 2024 mendampingi Prabowo.

Tidak hanya itu, film yang sudah ditonton lebih dari 4 juta kali dalam jangka waktu tidak sampai 24 jam itu juga membeberkan bagaimana praktik kecurangan dilakukan secara sistematis, masif dan struktural dengan menggunakan alat negara.

Penggunaan kekuasaan yang kuat dan tidak pada tempatnya dijabarkan dengan gamblang oleh ketiga ahli hukum tata negara tersebut. Semuanya bermuara kepada kepentingan paslon tertentu agar menang di pilpres kali ini.

Putri Presiden ke empat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid dalam akun X pribadinya @Alissa Wahid mengucapkan terimakasih kepada ketiga sosok pakar hukum tata negara dalam film Dirty Vote.

“Nonton Dirty Vote dulu. Terimakasih mba @BivitriS mas @zainalamochtar uda @feriamsari mas @Dandhy_Laksono dan @watchdoc_ID, sudah memberikan learning space untuk warga bangsa,” kata Alissa sembari menyematkan link filmnya.

Di akun yang sama Alissa Wahid kembali menulis komentarnya tentang film Dirty Vote yang memberikan gambaran nyata keresahan dari rakyat Indonesia dalam platform visual. Sekaligus obat penawar rasa pusing kepala dari warga Indonesia melihat dinamika politik yang ada di republik ini.

“Diisi oleh 3 Pejuang Demokrasi yang dihormati oleh para aktivis se-Indonesia. Rekam jejak dan kredibilitas jelas. Diproduksi oleh WatchDoc, produsen film-film dokumenter, penerima penghargaan Magsaysay Award yg dianggap sebagai Nobel Asia,” tulisnya.

“Percaya? Ya iyalah,” kata Alissa Wahid.

Di hari ini, Senin 12 Februari 2024 Alissa pun kembali menyempatkan memuji ketiga nara sumber dalam film Dirty Vote. Bahkan ia tidak sungkan menyebut mereka pendekar penjaga demokrasi.

Alissa juga menuturkan, tiga pendekar ini dulunya tidak tinggal diam ketika KPK diobok-obok. Mereka mati-matian membela pelemahan KPK. Mereka pun selalu berada di barisan terdepan dalam mengawal demokrasi.

“Tiga orang pendekar ini dulu mati-matian membela KPK dari pelemahan. Tahun ini mati-matian menjaga demokrasi Indonesia dari pelemahan,” katanya.

Menurutnya, jalan yang dilakukan ketiganya tak pernah mulus. Mereka selalu diserah, dilayangkan tuduhan serta berbagai macam tekanan yang datang.

“Dulu pas KPK, para aktivis termasuk mrk ber-3 dituduh punya kepentingan, anti Pemerintah, SJW, taliban, dst,” ujarnya.

“Tapi lihat KPK (& Firli Bahuri) skr. Apa yg dulu kami peringatkan akhirnya jadi nyata. Sekarang, mereka dituduh SJW, partisan, anti² lagi. Yg nuduh tidak belajarkah?” pungkasnya di akun Medsos X.

Exit mobile version