Liputanjatim.com – Setelah mendapat protes dari pemerhati sejarah dan budaya serta Paguyuban Arek Suroboyo pada, Rabu (7/3/2018) terkait perubahan nama Jalan, akhirnya Gubernur Jawa Timur Soekarwo memberi klarifikasi.
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, pentingnya dialog antara masyarakat dengan pemerintah sangat penting, terutama terkait perubahan nama jalan. Hal ini merujuk pada kepentingan harmonisasi budaya Jawa dan Sunda.
“Ada permasalahan besar bagaimana pendekatan budaya Jawa-Sunda itu kita selesaikan setelah 661 tahun. Saya kira perlu mendialogkan ini dengan masyarakat,” ujar Pakde Karwo usai melantik empat PJ Bupati di Gedung Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Selasa, (13/3/2018).
661 tahun yang disebut oleh Pakde Karwo adalah perang Bubat yang merujuk pada konflik di masa lampau antara kerajaan Padjajaran dan Kerajaan Majapahit. Konflik itu dianggap menyimpan emosi kolektif di masyarakat Sunda-Jawa. Akhirnya tidak ada nama jalan Majapahit di Tanah Pasundan, sebaliknya tidak ada nama jalan Siliwangi di Tanah Jawa.
Untuk mewujudkan harmonisasi Sunda-Jawa, rencananya akan ada dua nama jalan di Surabaya yang diganti. Yakni Jalan Gunungsari menjadi Jalan Siliwangi dan sebagian Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan.
Sedangkan di Bandung, setelah mengadakan dialog dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Hotel Bumi Surabaya, Rabu (6/3), akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk.
Sebelumnya, massa yang menamakan dirinya pemerhati sejarah dan budaya serta Paguyuban Arek Suroboyo memprotes terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo di jalan Dinoyo. Menurut Ketua Paguyuban Arek Suroboyo, Kusnan, jalan Dinoyo dan Jalan Gunungsari memiliki memori kolektif di benak warganya masing-masing.
“Itu sejarah bagi kita, sejarah bagi warga Dinoyo, sejarah bagi warga Surabaya. Kalau diganti KTP (kartu tanda penduduk, red) warga Dinoyo tidak ada lagi kebanggaan bagi mereka,”ujar Kusnan saat melakukan aksi di Jalan Dinoyo, Surabaya, Rabu (7/3/2018).
Selanjutnya Pakde Karwo memaparkan bahwa Jalan Gunungsari tidak diganti sepenuhnya menjadi Jalan Siliwangi. Pun halnya dengan Jalan Dinoyo tidak akan semuanya berganti menjadi Jalan Pasundan.
“Ini bukan penghapusan jalan sepenuhnya. Hanya sebagian dari dua jalan yang ada di Surabaya yang akan dirubah namanya untuk simbolik harmoni budaya,”pungkas Pakde Karwo. [mm]