Bondowoso , Liputanjatim.com – Ketua DPRD Kabupaten Bondowoso, H. Ahmad Dhafir mengajak guru ngaji di Kecamatan Tenggarang untuk tidak melupakan jasa-jasa Ulama yang telah berjasa dalam memerdekakan bangsa Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan.

Hal tersebut, Dhafir sampaikan dalam acara silaturrahim guru ngaji dan pemerintah se Kecamaatan Tenggarang Bondowoso Jawa Timur, Selasa (7/8/2017) di pendopo kecamatan setempat.

“Dua golongan di masyarakat, jika dua golongan ini baik maka akan tatanan masyarakat akan ikut baik. Sebaliknya, jika dua golongan ini tidak baik maka tatanan di masyarakat akan rusak,” ucap Dhafir.

Saat ini, menurut Ketua DPC PKB Kabupaten Bondowoso ini, ada upaya-upaya mengaburkan jasa-jasa ulama pada bangsa ini. Termasuk peperangan 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

“Perang 10 November 1945 itu murni perang sipil yang digerakkan oleh santri (Nahdlatul Ulama, red),” terangnya.

Oleh karenanya, pria yang bakal maju dalam pemilihan Bupati Bondowoso 2018 ini mengajak agar tidak lupa dengan jasa yang ditorehkan Ulama’ ini.

“Anak yang baik adalah anak yang tidak menjaga warisan orang tuanya. Maka, warga yang baik adalah warga yang menjaga warisan para ulama’,” imbuhnya.

Atas dorongan dan motivasi itu, Dhafir kemudian mencetuskan dan mengkampanyekan istilah Jas Hijau (Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama) agar masyarakat tahu jasa-jasa ulama’

Berkenaan dengan hal itu, Dhafir menegaskan, bahwa tugas Ulama saat ini sebagian dilanjutkan oleh para guru ngaji. Oleh karena itu, sambung Dhafir, menjadi tugas pemerintah untuk juga memerhatikan para guru ngaji.

“Kita bisa ngaji karena diajari oleh guru ngaji di Musholla-musholla. Mereka ikhlas mengajari kita tanpa dibayar. Oleh karena itu, pemerintah daerah menganggarkan anggaran untuk para guru ngaji sebagai bisyarah sebagai bentuk terima kasih Pemkab Bondowoso. Dan hal itu jangan dianggap honor guru ngaji,” pungkasnya Dhafir.